Welcome To My Blog

Rabu, 23 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN”
PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL


Disusun Oleh:
Kelompok 2 Pend. IPA B 2013
1.      Deassy Laily Paramita               (13030654043)
2.      Faiqotul Himmah                        (13030654049)
3.      Citra Sri Rahayu                        (13030654065)
4.      Faroh Novianti M.                      (13030654067)
5.      Renyta Ayu C.                            (13030654072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
ABSTRAK

PraktikumPenentuan Tekanan Osmosis Cairan Selbertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis dan menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda merendam sayatan epidermis Rhoe discolor ke dalam larutan sukrosa dengan berbagai macam konsentrasi selama 30 menit, kemudian diambil dan diamati di bawah mikroskop. Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan diperoleh hasil daun Rhoe discolor yang dimasukkan pada larutan sukrosa 0,14 M, 0,18 M, 0,24 M, dan 0, 26 M, dan sel yang terplasmolisis berturut-turut sebesar 55%, 91%, 88%, dan 94%. Sedangkan daun Rhoe discolor yang dimasukkanpada larutan sukrosa 0,16 M, 0,22 M, 0,20 M, dan 0,28 M sel mengalami plasmolisis sebesar 100%, artinya sel terplasmolisis seluruhnya. Presentase dapat diperoleh dengan jumlah sel terplasmolisis dibagi dengan jumlah sel seluruhnya dikali 100% sehingga didapatkan prosentase dari sel tersebut. Berdasarkan teori,semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Rhoe discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis.Namun, pada praktikum ini tidak sesuai teori. Hal ini terjadi karena praktikan dalam meletakkan daun Rhoe discolor pada kaca benda tidak mengurutkan konsentrasi serta tidak bersamaan mengambilnya pada cawan petri sehingga ada beberapa daun yang direndam lebih dari 30 menit.

Kata kunci :plasmolisis, Rhoe discolor 















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Dinding sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan. Adanya dinding membedakan sel tumbuhan dari sel hewan. Dinding sel telah banyak diteliti karena kepentingannya dari segi biologi maupun komorsial. Informasi itu ditunjang oleh penelitian dari segi kimia, biokimia, fisika, dan morfologi. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom, dinding sel ini bersifat kaku dan tersusun atas polisakarida. Polisakarida ini tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Dinding sel bersama-sama dengan vakuola berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel. Osmosis adalah pergerakan air dari larutan hipotonik kelarutan hipertonik melalui membran atau pergerakan air dari larutan yang konsentrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinggi melalui membran.Plasmolisis adalah peristiwa mengkerutnya sitoplasma dan lepasnya membran plasma dari dinding sel tumbuhan. Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis, tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis (runtuhnya seluruh dinding sel) dapat terjadi.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis
2.      Bagaimana cara menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.
2.      Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metoda plasmolisis.
BAB II
KAJIAN TEORI
              Dalam tanah dan tubuh tumbuhan tingkah laku dan pergerakan air didasarkan atas suatu hubungan energi potensial. Air mempunyai kapasitas untuk melakukan kerja, yaitu akan bergerak dari daerah dengan energi potensial tinggi ke daerah dengan energi potensial rendah. Energi potensial dalam sistem cairan dinyatakan dengan cara membandingkannya dengan energi potensial air murni. Secara kimia, air dalam tumbuhan dan tanah biasanya tidak murni itu disebabkan oleh adanya bahan terlarut dan secara fisik dibatasi oleh berbagai gaya, seperti gaya tarik-menarik yang berlawanan, gravitasi, dan tekanan. Maka dari itu energi potensialnya lebih kecil dari pada energi potensial air murni.
            Potensial air merupakan energi yang dimiliki air untuk bergerak atau untuk mengadakan reaksi. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk melakukan difusi. Pada potensial air, air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah (dari larutan encer ke larutan pekat, larutan encer lebih banyak mengandung air daripada larutan pekat).
            Dalam fisiologi tumbuhan, potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau satuan energi. Difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi.
            Status energi bebas air adalah suatu pernyataan potensial air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak kedalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan, jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau suatu bagian dari bagian lain dalam suatu sistem.
a.       Difusi
            Difusi adalah pergerakan molekul atau ion dari dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
            Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat di banding dengan proses difusi.
b.      Osmosis
            Osmosis merupakan difusi air yang melintasi membran semipermeabel dari daerah dimana air lebih banyak ke daerah yang lebih sedikit . Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju daerah yang berpotensial kimia lebih kecil.
            Osmosis adalah difusi melalui membran semipermeabel. Contoh proses osmosis adalah masuknya larutan ke dalam sel-sel endodermis. Dalam tubuh organisme multiseluler, air bergerak dari satu sel ke sel lainnya dengan bebas. Selain air, molekul-molekul yang berukuran kecil seperti O2 dan CO2 juga mudah melewati membran sel. Molekul-molekul tersebut akan berdifusi dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Jika telah mencapai keseimbangan konsentrasi zat di kedua sisi membran maka proses osmosis akan berhenti.Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut, dinding sel primer biasanya sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan tumbuhan yang tidak berkayu.
            Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Jika anda merendam bengkoang ke dalam larutan garam 10% maka sel-selnya akan kehilangan rigiditas (kekakuannya). Hal ini disebabkan potensial air dalam sel bengkoang tersebut lebih tinggi dibanding dengan potensial air pada larutan garam sehingga air dari dalam sel akan keluar ke dalam larutan tersebut. Jika diamati dengan mikroskop maka vakuola sel-sel bengkoang tersebut tidak tampak dan sitoplasma akan mengkerut dan membran sel akan terlepas dari dindingnya. Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel ini disebut plasmolisis.
            Dalam proses osmosis terdapat beberapa komponen penting yaitu Potensial Air (PA) dan Potensial Tekanan (PT), selain itu terdapat pula komponen lain yang juga penting yaitu Potensial Osmotik (PO). Hubungan antara nilai Potensial Air (PA), Potensial Tekanan (PT) dan Potensial Osmotik (PO) adalah :
PA = PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman diatas menjadi :
PA = PO
Keterangan :
PA = Potensial Air
PO = Potensial Osmotik

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensial osmotik :
1.      Konsentrasi
Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya.
2.      Ionisasi molekul zat terlarut
Potensial osmotik sutu larutan tidak ditentukan oleh macamnya zat, tetapi ditentukan oleh jumlah partikel yang terdapat didalam larutan tersebut, yaitu ion, molekul, dan partikel koloida.
3.      Hidrasi molekul zat terlarut
Air yang berasosiasi dengan patikel zat terlarut biasanya disebut sebagai     air hidrasi. Air dapat berasosiasi dengan ion, molekul, atau partikel    koloida sehingga menyebabkan larutan menjadi lebih pekat.
4.      Suhu
Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.

5.      Imbisisi
Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, agar-agar, gelatin, dan zat-zat lainya yang menyebabkan zat-zat tersebut mengembang setelah menyerap air tadi. Kemampuan zat tersebut untuk menyerap air disebut potensial matriks atau potensial imbibisan dan prosesnya disebut hidrasi atau imbibisi juga ditentukan oleh adanya zat terlarut di dalam air. Semakin pekat larutan, semakin lambat imbibisi. Ion-ion tertentu juga mempengarui kecepatan imbibisi. 
c.       Plasmolisis
            Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola. Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoe discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
            Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah.
            Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotik larutan penyebab  plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai.

















BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Jenis Percobaan
Jenis percobaan yang dilakukan adalah observasi (pengamatan). Hal ini dikarenakan praktikan melakukan proses pengamatan terhadap berbagai spesimen serta tidak menggunakan variabel.
B.     Tempat dan Waktu
Dalam penelitian ini, praktikan melakukan pengamatan di Laboratorium IPA Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 5Mei 2015 pukul 13.00-15.00 WIB.
C.    Alat dan Bahan:
a. Alat:
1.      Mikroskop Listrik       1 buah
2.      Cawan Petri                8 buah
3.      Kaca Penutup              8 buah
4.      Kaca objek                  8 buah
5.      Pisau Silet                   2 buah
            b. Bahan:
1.      Daun Rhoe discolor
2.      Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; 0,14 M.
D.    Langkah percobaan

1.      Mengambil larutan sukrosa dengan konsentrasi masing-masing 0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; 0,14 M.
2.      Menyiapkan 8 buah cawan petri, mengisi masing-masing cawan petri dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan beri label masing-masing cawan petri berdasarkan konsentrasi larutan.
3.      Mengambil daun Rhoea discolor , kemudian disayat lapisan epidermis yang berwarna dengan menggunakan pisau silet. Usahakan menyayat selapis sel.
4.      Masukkan sayatan-sayatan epidermis tersebut kedalam cawan petri yang berisi larutan sukrosa.
5.      Setelah 30 menit, sayatan diambil dan di periksa dibawah mikroskop.
6.      Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan presentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

E.     Desain percobaan
Larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda diambil dengan pipet tetes sebanyak 5 ml
Setelah 30 menit berada di dalam larutan sukrosa, sayatan daun rhoea discolor diambil
Di masukkan ke cawan petri
 







Ditetesi aquades
Diletakkan di kaca obyek
Disayat
`
Diamati
Setelah digambar , dihitung jumlah sel  yang terplasmolisis
Lembar pengamatan
Digambar
Ditutup dengan cover glass











BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A.    Data
Berikut data hasil pengamatan sel yang terplasmolisis dengan menggunakan mikroskop :
No.
Gambar
Perbesaran
Keterangan
1
0,26 M

400x
Jumlah sel seluruhnya 17
Jumlah sel yang terplasmolisis 16
Presentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya
 X 100% = 94%
2
0,14 M

400x
Jumlah sel seluruhnya 20
Jumlah sel yang terplasmolisis 11
Presentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya
 X 100% = 55%
3
0,24 M

400x
Jumlah sel seluruhnya 26
Jumlah sel yang terplasmolisis 23
Presentase jumlah sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya
 X 100% = 88%
4.

0,16 M
400 x
Jumlah sel seluruhnya : 15
Jumlah sel terplasmolisis : 15
Prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya :
 x 100% = 100%

5.
0,18 M


400 x
Jumlah sel seluruhnya : 11
Jumlah sel terplasmolisis : 10
Prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya :
 x 100% = 91 %

6.
0,22 M








400 x
Jumlah sel seluruhnya : 14
Jumlah sel terplasmolisis : 14
Prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya :
x 100% = 100%
7.

0,20 M
400x
Jumlah sel seluruhnya : 23
Jumlah sel terplasmolisis : 23
Prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya :
x 100% = 100%
8.

0,28 M
400x
Jumlah sel seluruhnya : 24
Jumlah sel terplasmolisis : 24
Prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya :
x 100% = 100%

B.     Analisis
Gambar 1
Dari tabel hasil pengamatan menggunakan mikroskop gambar 4 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel epidermis Rhoe discolorterlihat sebanyak 17 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 16 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 94 %.
Gambar 2
Dari tabel hasil pengamatan menggunakan mikroskop gambar 4 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel epidermis Rhoe discolorterlihat sebanyak 20 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 11 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 55 %.


Gambar 3
Dari tabel hasil pengamatan menggunakan mikroskop gambar 4 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel epidermis Rhoe discolorterlihat sebanyak 26 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 23 sel dengan prosentase sel terplasmolisis sebesar 88 %.
Gambar 4
Dari tabel hasil pengamatan menggunakan mikroskop gambar 4 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada gambar terlihat bahwa semua sel mengalami plasmolisis setelah didiamkan pada pada larutan sukrosa 0,16 M, dimana jumlah sel pada gambar tersebut terdapat 15 sel.
Gambar 5
Gambar 5 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada gambar terlihat bahwa sel yang mengalami plasmolisis 91% yaitu 10 sel terplasmolisis dari 11 sel setelah didiamkan pada pada larutan sukrosa 0,18 M.
Gambar 6
Gambar 6 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada gambar terlihat bahwa semua sel mengalami plasmolisis yaitu 14 sel terplasmolisis dari 14 sel setelah didiamkan pada pada larutan sukrosa 0,22 M. Sehingga prosentase sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya yaitu 100%.
Gambar 7
Gambar 7 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada gambar terlihat bahwa semua sel mengalami plasmolisis yaitu 23 sel terplasmolisis dari 23 sel setelah didiamkan pada pada larutan sukrosa 0,20 M. Sehingga prosentase sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya yaitu 100%.
Gambar 8
Gambar 8 merupakan gambar irisan membujur dari Rhoe discolor dengan perbesaran mikroskop 400 x. Pada gambar terlihat bahwa semua sel mengalami plasmolisis yaitu 24 sel terplasmolisis dari 24 sel setelah didiamkan pada pada larutan sukrosa 0,28 M. Sehingga prosentase sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya yaitu 100%.

C.    Pembahasan
Dari analisis di atasdapat diperoleh bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Rhoe discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel. Potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Rhoe discolormenuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Rhoe discolor ini biasa disebut dengan Plasmolisis.
Daun Rhoe discolor yang dimasukkan pada larutan sukrosa 0,26 M sel yang mengalami plasmolisis hanya sebesar 94% yaitu 16 sel terplasmolisis dari jumlah sel seluruhnya yaitu 17. Pada larutan sukrosa 0,14 Msel yang mengalami plasmolisis hanya sebesar 55% yaitu 11 sel terplasmolisis dari jumlah sel seluruhnya yaitu 20 sel. Pada larutan sukrosa 0,24 M sel yang mengalami plasmolisis hanya sebesar 88% yaitu 23 sel terplasmolisis dari jumlah sel seluruhnya yaitu 26 sel. pada larutan sukrosa 0,18 M, sel yang mengalami plasmolisis hanya sebesar 91% yaitu 10 sel terplasmolisis dari jumlah sel seluruhnya yaitu 11 sel. Hal ini terjadi karena praktikan dalam meletakkan daun Rhoe discolor pada kaca benda tidak mengurutkan konsentrasi serta tidak bersamaan mengambilnya pada cawan petri sehingga ada beberapa daun yang direndam lebih dari 30 menit. Namun daun Rhoe discolor yang dimasukkanpada larutan sukrosa 0,16 M, 0,22 M. 0,20 M, 0,28 M sel mengalami plasmolisis sebesar 100%, artinya sel terplasmolisis seluruhnya. Berdasarkan teori,semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis. Pada gambar ada sel yang terdapat warna ungu ada yang berwarna putih. Warna ungu merupakan protoplasma. Apabila mengalami plasmolisis, protoplasma akan lepas dari dinding sel sehingga warna ungu tersebut akan lepas dan akhirnya sel berwarna putih.




















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.        Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Rhoe discolor maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Presentase dapat diperoleh dengan jumlah sel terplasmolisis dibagi dengan jumlah sel seluruhnya dikali 100% sehingga didapatkan prosentase dari sel tersebut.
2.        Berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Rhoe discolor menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Rhoe discolor ini biasa disebut dengan plasmolisis.

B.     Saran
Adapun saran untuk praktikum Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel” yaitu sebagai berikut:
1.      Seharusnya praktikan dalam meletakkan daun Rhoe discolor pada kaca benda mengurutkan konsentrasi.
2.      Lebih memperhatikan waktu, karena apabila terjadi perbedaan lama waktu perendaman dapat menyebabkan data yang diperoleh tidak valid.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Osmosis (Online). Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/Osmosis. Diakses15 Mei 2015 pukul 14.40.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. BiologiUmum. Surabaya: UniversitasNegeri Surabaya Press.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar