Welcome To My Blog

Rabu, 23 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN”
“POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN”


Disusun Oleh:
Kelompok 2 Pend. IPA B 2013
1.      Deassy Laily Paramita               (13030654043)
2.      Faiqotul Himmah                        (13030654049)
3.      Citra Sri Rahayu                        (13030654065)
4.      Faroh Novianti M.                      (13030654067)
5.      Renyta Ayu C.                            (13030654072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
ABSTRAK
Praktikum potensial air jaringan tumbuhan dilakukan pada tanggal 5 Mei 2015 di laboratorium Prodi Pendidikan IPA UNESA. Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan dan menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan. Metode yang digunakan yaitu dengan membuat potongan silinder bahan berukuran 3 cm yang terdiri dari 4 bahan yang berbeda yaitu wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang. Kemudian dimasukkan ke dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yaitu 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan 1M. Dari hasil praktikum ini diperoleh bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka panjang potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) akan semakin berkurang atau menyusut. Hal ini di karenakan potensial air yang ada di dalam  jaringan bahan lebih tinggi daripada potensial air pada larutan sukrosa, sehingga air yang ada dalam jaringan bahan akan bergerak menuju ke larutan sukrosa. Nilai potensial air jaringan pada potongan silinder keempat bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) sama yaitu sebesar –4,94 atm.

Kata kunci: konsentrasi, potensial air, dan ukuran panjang.












BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Potensial kimia adalah energi bebas per mol substansi di dalam suatu system kimia. Oleh karena itu, potensial kimia suatu senyawa di bawah kondisi tekanan dan temperature konstan tergantung kepada jumlah mol substansi yang ada. Dalam hal hubungan air dan tanaman, potensial kimia dan air sering dinyatakan dengan istilah “potensial air”. Selanjutnya, bila potensial kimia dapat dinyatakan sebagai ukuran energy dari suatu substansi yang akan bereaksi atau bergerak. Dengan kata lain, potensial air merupakan tingkat kemampuan molekul-molekul air untuk molekul difusi.
Potensial air murni adalah nol (0), adanya beberapa substansi yang terlarut di dalam air tersebut akan menurunkan potensial airnya, sehingga potensial air dari  suatu larutan adalah kurang dari nol. Definisi ini hanya berlaku pada tekanan atmosfir. Apabila tekanan di sekitar system ditingkatkan atau diturunkan, maka secara otomatis potensial air akan naik atau turun sesuai dengan perubahan tekanan tersebut. Di dalam suatu sel, potensial air memiliki dua komponen, yaitu potensial tekanan dan potensial osmosis. Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air, sedangkan potensial osmosis menunjukkan status larutan di dalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan tersebut ke dalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air jaringan tumbuhan tersebut dapat diketahui.
Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah.
Dan dari uraian di atas, maka untuk mengetahui nilai potensial air pada jaringan tumbuhan, dilakukan praktikum potensial air jaringan tumbuhan pada wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan?
2.      Bagaimana nilai potensial air jaringan tumbuhan?

C.    Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Menyelidiki pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.
2.      Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan.

D.    Hipotesis
Dari rumusan masalah di atas dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Jika konsentrasi larutan sukrosa semakin tinggi, maka panjang potongan jaringan tumbuhan akan semakin berkurang atau menyusut.
2.      Jika perubahan panjang antara potongan jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya dalam suatu konsentrasi tertentu adalah sama, maka nilai potensial airnya (PA) juga akan sama.







BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Potensial Air
Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting dalam fisiologi tumbuhan. Potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder,di antara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel secara bersama-sama untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara sel-sel primer yang berdekatan. Karena air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi sekitar 50 M), difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi. Tumbuhan banyak mengandung air dalam sel-selnya. Hal ini menyebabkan suhu tumbuhan relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan energi.
Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial osmotik. Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga potensial linarut, yang terjadi karena adanya unsur terlarut. Karena potensial tekanan merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita sebut tekanan (Salisbury dan ross, 1995). Membran sel memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permeabel terhadap keduanya. Membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang meninbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air (Salisbury dan ross, 1995). Osmosis merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang bersifat permeabel selektif, beberapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan tubuh dan cairan sel) seperti protein tidak dapat melewati membran. Pada keadaan tersebut, supaya kedua sisi membran mempunyai tekanan seimbang, air harus bergerak melewati membran untuk memperbaiki perbedaan kadar yang disebabkan substansi yang tidak dapat melewati membran. Sebagai contoh, bila sel mempunyai kadar partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di sekeliling sel, maka air dari cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel sampai tercapai keseimbangan tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya gerak air, maka volume sel akan meningkat, dengan demikian tekanannya meningkat.
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.

B.     Mengukur Potensial Air
Untuk mengukur potensial air, dapat digunakan metode volume-jaringan. Sampel jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dalam ragam konsentrasi yang diketahui. Linarut yang terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang tidak mudah melintasi membran atau tidak merusak  jaringan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan. Artinya, tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah sama dengan potensial air dalam larutan pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan potensial osmotik (Salisbury dan ross, 1995).
Ada beberapa cara untuk mengetahui perubahan volume. Salah satu caranya adalah dengan mengukur volume jaringan sebelum jaringan dimasukkan ke dalam larutan (biasanya juga digunakan volume baku), dan mengukur volume (atau mengukur panjangnya) setelah jaringan direndam dalam waktu tertentu. Perubahan volume dapat diartikan sebagai fungsi dari konsentrasi larutan yang menunjukkan penambahan volume pada larutan yang encer dan pengurangan volume pada larutan yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).

C.    Nilai Potensial Air
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang menentukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial osmotik dan potensial tekanan. Nilai potensial air dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
PA = PO + PT dan PA = - TO
Dimana :
PO = Potensial osmotik
PA= Potensial Air
Untuk mencari nilai tekanan osmotik (TO) menggunakan rumus :
TO sel =
Dimana :
TO = Tekanan Osmotik
M = Molaritas
T = Temperatur mutlak (273+ to)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental karena menggunakah beberapa variabel, antara lain variabel control, varibel manipulasi dan variabel respon.

B.     Alat dan Bahan
Alat:
1.      Gelas aqua                              (6 buah)
2.      Gelas ukur 10 ml                    (1 buah)
3.      Alat pengebor gabus              (1 pasang)
4.      Penggaris                                (1 buah)
5.      Pisau                                       (1 buah)
6.      Pinset                                                 (1 buah)
Bahan:
1.      Umbi kentang                                                                                    (1 buah)
2.      Ubi jalar                                                                                 (1 buah)
3.      Bengkuang                                                                             (1 buah)
4.      Wortel                                                                                    (1 buah)
5.      Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8M; dan 1 M (secukupnya)
6.      Plastik                                                                                                (6 buah)
7.      Karet gelang/tali                                                                     (secukupnya)
8.      Kertas label                                                                            (secukupnya)

C.    Variabel Praktikum
Variabel manipulasi            : konsentrasi larutan sukrosa.
Definisi operasional           : dalam kegiatan praktikum ini, terdapat 6 konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan yaitu sebesar 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8M; dan 1 M.
Variabel kontrol                 : volume larutan sukrosa, waktu, dan panjang awal potongan jaringan tumbuhan.
Definisi operasional           : dalam kegiatan praktikum ini, volume larutan sukrosa yang digunakan adalah sebanyak 25 ml pada masing-masing konsentrasi yang berbeda. Jarak waktu antara memasukkan umbi dan mengeluarkan umbi pada masing-masing gelas aqua berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi berbeda yaitu selama 2 jam. Dan panjang awal umbi kentang, ubi jalar, bengkuang, dan wortel sebelum dimasukkan ke dalam gelas aqua berisi larutan sukrosa berukuran sama yaitu 3 cm.
Variabel respon                  : panjang akhir potongan jaringan tumbuhan, dan perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan.
Definisi operasional           : panjang akhir potongan umbi kentang, ubi jalar, bengkuang dan wortel dapat diukur setelah potongan umbi-umbi tersebut dikeluarkan dari dalam gelas aqua berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda yaitu setelah 2 jam. Sedangkan perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan dapat dihitung dengan menghitung selisih antara panjang awal dengan panjang akhir dari masing-masing potongan jaringan tumbuhan.

D.    Langkah Kerja
  1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.
  2. Memberi label pada masing-masing gelas aqua. Kemudian mengisi gelas aqua 1 dengan larutan sukrosa 0 M, gelas aqua 2 dengan larutan sukrosa 0,2 M; dan seterusnya sampai gelas aqua 6, masing-masing 25 ml.
  3. Memilih umbi kentang, ubi jalar, bengkuang, dan wortel yang cukup besar dan baik. Kemudian membuat silinder umbi dengan alat pengebor gabus. Dan memotong silinder umbi tersebut sepanjang 3 cm.
  4. Memasukkan potongan umbi tersebut ke dalam gelas aqua masing-masing 4 potongan. Kemudian mencatat waktu pada saat memasukkan potongan umbi ke dalam gelas aqua. Menutup rapat gelas aqua dengan menggunakan plastik dan merekatkannya dengan karet gelang.
  5. Setelah 2 jam, mengeluarkan setiap potongan umbi tersebut dan mengukur kembali panjangnya dan mencatatnya.
  6. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang untuk setiap konsentrasi larutan sukrosa.

E.     Rancangan Percobaan
Menyiapkan larutan sukrosa dengan konsentrasi 0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ; 1,0 M sebanyak 25 ml pada tiap gelas kimia.

 



0 M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1,0 M
Memilih umbi kentang, ubi jalar, bengkuang, dan wortel yang cukup besar dan baik. Kemudian membuat silinder umbi dengan alat pengebor gabus.

 





 

                                   
Memotong silinder umbi tersebut sepanjang 3 cm

 







                                                                                                                                     
Memasukkan potongan silinder kentang, bengkuang, ubi jalar, dan wortel ke dalam gelas kimia yang berisi larutan sukrosa yang berbeda konsentrasi, masing-masing 1 potong tiap bahan untuk 1 gelas kimia/ gelas aqua

 


1.       






0,8 M
0,6 M
0,4 M
0,2 M
0 M
1,0 M
Setelah dibiarkan selama 2 jam, setiap potongan silinder dari umbi diambil dan diukur kembali panjangnya.

 












BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A.    Data
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Panjang Akhir
Nama Bahan
Panjang Akhir (cm)
0 M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
Wortel
3
3
2,9
2,9
2,8
2,7
Bengkuang
3
3
2,9
2,9
2,8
2,8
Ubi jalar
3
3
3
3
2,9
2,9
Kentang
3
3
2,7
2,7
2,6
2,6

Keterangan:
Panjang awal = 3 cm

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Perubahan Panjang
Nama Bahan
Perubahan Panjang (cm)
0 M
0,2 M
0,4 M
0,6 M
0,8 M
1 M
Wortel
0
0
-0,1
-0,1
-0,2
-0,3
Bengkuang
0
0
-0,1
-0,1
-0,2
-0,2
Ubi jalar
0
0
0
0
-0,1
-0,1
Kentang
0
0
-0,3
-0,3
-0,4
-0,4










B.     Analisis
Grafik Perubahan Panjang
Konsentrasi larutan sukrosa (M) gula
 


Text Box: Perubahan panjang (cm)
       
Panjang awal semua bahan adalah 3 cm. Bahan yang pertama yaitu wortel, wortel setelah direndam ke dalam aquades selama 2 jam tidak terjadi perubahan panjang, sehingga panjang wortel tetap 3 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,2 M selama 2 jam tetap tidak terjadi perubahan panjang, panjang wortel tetap yaitu 3 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,4 M selama 2 jam panjang wortel menjadi 2,9 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,1 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,6 M selama 2 jam panjang wortel tetap 2,9 cm, perubahan panjang sebesar -0,1 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,8 M selama 2 jam panjang wortel menjadi 2,8 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,2 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 1 M selama 2 jam panjang wortel menjadi 2,7 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,3 cm.
Bahan yang kedua yaitu bengkuang, bengkuang setelah direndam ke dalam aquades selama 2 jam tidak terjadi perubahan panjang, sehingga panjang bengkuang tetap 3 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,2 M selama 2 jam panjang bengkuang tetap 3 cm, tetap belum terjadi perubahan panjang. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,4 M selama 2 jam panjang bengkuang menjadi 2,9 cm, perubahan panjang yaitu sebesar -0,1 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,6 M selama 2 jam panjang bengkuang masih tetap 2,9 cm, perubahan panjang sebesar -0,1 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,8 M selama 2 jam panjang bengkuang menjadi 2,8 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,2 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 1 M selama 2 jam panjang bengkuang tetap 2,8 cm, perubahan panjang yaitu sebesar -0,2 cm.
Bahan yang ketiga yaitu ubi jalar. Setelah direndam ke dalam aquades atau larutan sukrosa 0 M selama 2 jam, ubi jalar tidak mengalami perubahan panjang, sehingga panjang ubi jalar tetap 3 cm. Dan setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,2 M; 0,4 M, maupun 0,6 M selama 2 jam, panjang ubi jalar tetap 3 cm, artinya ubi jalar tetap belum mengalami perubahan panjang. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,8 M selama 2 jam panjang ubi jalar  menjadi 2,9 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,1 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 1 M selama 2 jam panjang ubi jalar tetap 2,9 cm, perubahan panjang yaitu sebesar -0,1 cm.
Bahan yang keempat yaitu kentang. Setelah direndam ke dalam aquades selama 2 jam, kentang tidak mengalami perubahan panjang, sehingga panjang kentang tetap 3 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,2 M selama 2 jam panjang kentang tetap 3 cm, artinya kentang masih belum mengalami  perubahan panjang. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,4 M selama 2 jam,  panjang kentang menjadi 2,7 cm, sehingga terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,3 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,6 M selama 2 jam, panjang kentang masih tetap 2,7 cm. Sedangkan setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 0,8 M selama 2 jam, panjang kentang menjadi 2,6 cm, terjadi perubahan panjang yaitu sebesar -0,4 cm. Setelah direndam ke dalam larutan sukrosa 1 M selama 2 jam panjang kentang tetap 2,6 cm, perubahan panjang yaitu sebesar -0,4 cm.



C.    Pembahasan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menggunakan wortel (Daucus carota), bengkuang (Pachyrhizus erosus), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan kentang (Solanum tuberosum) dengan melakukan proses perendaman ke dalam aquades dan larutan sukrosa dengan kosentrasi 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8M; dan 1 M selama 2 jam.
Pada wortel, terjadi perubahan panjang mulai dari konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M seterusnya semakin menyusut sampai konsentrasi larutan 1 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, potongan silinder wortel belum mengalami perubahan panjang. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, potongan silinder wortel juga masih belum mengalami perubahan panjang. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, potongan silinder wortel mengalami perubahan panjang dari 3 cm menjadi 2,9 cm yang berarti menyusut 0,1 cm. Panjang potongan silinder wortel tetap 2,9 cm pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, potongan silinder wortel mengalami perubahan panjang dari 2,9 cm menjadi 2,8 cm yang berarti menyusut 0,1 cm. Kemudian pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, potongan silinder wortel mengalami perubahan panjang dari 2,8 cm menjadi 2,7 cm yang berarti menyusut 0,1 cm.
Adanya perubahan panjang yaitu semakin berkurangnya panjang potongan silinder wortel, disebabkan karena potensial air potongan silinder lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air larutan sukrosa, sehingga air yang berada dalam potongan silinder wortel bergerak keluar sehingga terjadi perubahan panjang potongan silinder wortel, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tingi ke potensial air (PA) yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sukrosa maka semakin pendek potongan silinder wortel.
Pada bengkuang, terjadi perubahan panjang mulai dari konsentrasi sukrosa 0,4 M seterusnya semakin menyusut sampai konsentrasi larutan 1 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, potongan silinder bengkuang belum mengalami perubahan panjang. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, potongan silinder bengkuang tetap belum mengalami perubahan panjang dari 3 cm. Pada konsentrasi 0,4 M potongan silinder bengkuang mengalami perubahan panjang yaitu dari 3 cm menjadi 2,9 cm yang berarti menyusut 0,1 cm. Panjang potongan silinder wortel tetap 2,9 cm pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, potongan silinder wortel mengalami perubahan panjang dari 2,9 cm menjadi 2,8 cm yang berarti menyusut 0,1 cm. Kemudian pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, panjang potongan silinder wortel tetap 2,8 cm.
Adanya perubahan panjang yaitu semakin berkurangnya panjang potongan silinder bengkuang, disebabkan karena potensial air potongan silinder bengkuang lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air larutan sukrosa, sehingga air yang berada dalam potongan silinder bengkuang bergerak keluar sehingga terjadi perubahan panjang potongan silinder bengkuang, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tingi ke potensial air (PA) yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sukrosa maka semakin pendek potongan silinder bengkuang.
Ubi jalar mulai mengalami perubahan panjang dari konsentrasi sukrosa 0,8 M sampai konsentrasi larutan 1 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; dan 0,6 M; potongan silinder ubi jalar belum mengalami perubahan panjang, dan tetap berukuran 3 cm. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, potongan silinder ubi jalar mengalami perubahan panjang dari 3 cm menjadi 2,9 cm yang berarti menyusut 0,1 cm. Kemudian pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, panjang potongan silinder ubi jalar tetap 2,9 cm.
Adanya perubahan panjang panjang pada ubi jalar atau semakin berkurangnya panjang potongan silinder ubi jalar disebabkan karena potensial air potongan silinder ubi jalar lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air larutan sukrosa, sehingga air yang berada dalam potongan silinder ubi jalar bergerak keluar, dan mengakibatkan terjadinya perubahan panjang potongan silinder ubi jalar, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tingi ke potensial air (PA) yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sukrosa maka semakin pendek potongan silinder ubi jalar.
Pada konsentrasi 0 M dan 0,2 M, kentang belum mengalami perubahan panjang, sehingga panjang potongan silinder kentang masih tetap 3 cm. Namun, kentang mulai mengalami perubahan panjang dari konsentrasi sukrosa 0,4 M sampai konsentrasi larutan 1 M. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, potongan silinder kentang mengalami perubahan panjang dari 3 cm menjadi 2,7 cm yang berarti menyusut 0,3 cm. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M, potongan silinder kentang masih tetap 2,7 cm. Kemudian pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, panjang potongan silinder kentang mengalami perubahan yaitu menjadi 2,6 cm.  Kemudian pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, panjang potongan silinder masih tetap 2,6 cm.
Adanya perubahan panjang panjang pada kentang atau semakin berkurangnya panjang potongan silinder kentang disebabkan karena potensial air potongan silinder kentang lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air larutan sukrosa, sehingga air yang berada dalam potongan silinder kentang bergerak keluar, dan mengakibatkan terjadinya perubahan panjang potongan silinder kentang. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tingi ke potensial air (PA) yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat larutan sukrosa maka semakin pendek potongan silinder kentang.
Konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang potongan silinder keempat bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) sama yaitu 0,2 M. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah sejak awal berada dalam kesetimbangan. Tidak ada air yang masuk atau yang hilang. Potensial air  jaringan sudah sama dengan potensial air dalam larutan. Pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka potensial air sama dengan potensial osmotik (Salisbury dan ross, 1995). Sehingga dapat dihitung potensial airnya sebagai berikut:
PA = PO + PT
PA = PO + 0
PA = PO
PA = - TO
PA = -
PA = -
PA = -
PA = - 4,94 atm

Menurut Salisbury dan ross (1995), potensial osmotik selalu negatif karena unsur terlarut yang ditambahkan selalu menurunkan potensial-air air murni. Jadi, larutan sukrosa yang berkonsentrasi tinggi memiliki  potensial osmotik yang tinggi namun berpotensial air rendah. Di lain pihak, potensial air di jaringan tinggi karena potensial osmotiknya rendah. Hal tersebut menyebabkan air dari jaringan akan keluar sehingga mempengaruhi  perubahan panjang potongan silinder wortel. Perubahan volume atau panjang dapat diartikan sebagai fungsi dari konsentrasi larutan yang menunjukkan penambahan volume atau panjang pada larutan yang encer dan pengurangan volume atau panjang pada larutan yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).

















BAB V
DISKUSI

1.      Mengapa perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang)?
Jawab:
Karena hubungan antara Potensial Air (PA), Potensial Osmotik (PO) dan Potensial Tekanan (PT) dinyatakan dengan rumus PA = PO + PT dimana ketika mencari nilai Potensial Air harus diketahui nilai Potensial Osmotik dan nilai Potensial Tekanan. Potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) yang direndam dalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang pekat hasilnya tidak menyebabkan perubahan pertambahan panjang pada potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) tersebut sehingga Potensial Tekanannya (PT) bernilai 0 dengan begitu nilai Potensial Air (PA) sama dengan nilai Potensial Osmotik (PO) sehingga  perlu sekali dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan  pertambahan panjang potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) untuk menentukan nilai potensial airnya.

2.      Mengapa nilai potensial air sama dengan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perubahan panjang silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang)?
Jawab:
Karena tidak adanya Potensial Tekanan (PT = 0) maka tidak ada pula  pertambahan panjang jaringan pada potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang), jika ada Potensial Tekanan maka pasti ada pertambahan panjang potongan silindris bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) sehingga nilai Potensial Air sama dengan nilai Potensial Osmotik (PA = PO).


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin sedikit  pertambahan panjang potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) atau semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa maka panjang potongan silinder bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) akan mengalami penyusutan yang semakin besar, hal ini di karenakan potensial air yang ada di dalam  jaringan bahan lebih tinggi di bandingkan potensial air yang ada di sekitar  jaringan bahan sehingga air yang ada dalam jaringan bahan akan berjalan menuju keluar jaringan.
2.      Nilai potensial air jaringan pada potongan silinder keempat bahan (wortel, bengkuang, ubi jalar, dan kentang) sama yaitu sebesar –4,94 atm.

B.     Saran
Adapun saran untuk praktikum “Potensial Air pada Jaringan Tumbuhan” yaitu sebagai berikut:
1.      Waktu yang merupakan variabel kontrol dalam percobaan seharusnya diperhatikan dengan baik, karena apabila terjadi perbedaan lama waktu perendaman dapat menyebabkan data yang diperoleh tidak valid.
2.      Seharusnya lebih teliti dalam melakukan pengukuran.








DAFTAR PUSTAKA

Amanah, Iskhawatun. 2014. Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan. (Online). (https://www.scribd.com/doc/239158228/Penentuan-Potensial-Air-Jaringan-Tumbuhan, diakses 14 Mei 2015).

Amrullah, Syarif Hidayat. 2012. Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan. (Online). (https://www.scribd.com/doc/111420135/Unit-1-Pengukuran-Potensial-Air-Jaringan-Tumbuhan, diakses 11 Mei 2015).

Rizky. 2010. Laporan Penetapan Potensial Air Jaringan Tumbuhan. (Online). (https://www.scribd.com/doc/33286090/Lap-Penetapan-Potensial-Ir-Jaringan-Tumbuhan, diakses 11 Mei 2015).

Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB Bandung.

Wahyu, Manzil. 2015. Laporan Pertambahan Panjang. (Online). (https://www.scribd.com/doc/261026910/Laporan-Pertambahan-Panjang, diakses 14 Mei 2015).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar