Welcome To My Blog

Rabu, 23 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM TRANSPIRASI



LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN
“TRANSPIRASI”


 












Disusun oleh:
1.   Deassy Laily Paramita              13030654043
2.   Faiqotul Himmah                      13030654049
3.   Citra Sri Rahayu                       13030654065
4.   Faroh Novianti Merdekawati   13030654067
5.   Renyta Ayu Cahyaningtyas     13030654072
Pendidikan IPA B 2013
Kelompok 2








S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
ABSTRAK

Pengamatan Transpirasi pada tanaman pacar air bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi. Metodenya yaitu dengan meletakkan erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air 20 cm dari lampu 100 watt dan juga meletakkan erlenmeyer ditempat gelap. Kemudian menimbang kedua erlenmeyer setiap 30 menit sekali. Dari hasil pengamatan diperoleh kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan di ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt, yakni sebesar 4,69 x 10-5  gram/menit/cm2. Hasil yang kami peroleh tidak sesuai dengan teori , hal ini dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air pada ruangan  tidak diletakkan pada bagian ruangan yang gelap. Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian besar juga menerima cahaya. Selain itu, jumlah daun yang digunakan pada praktikum ini tidak dikontrol sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.


Kata Kunci: Transpirasi , Tanaman pacar air




















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak. Transpirasi penting bagi tumbuhan  karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya stomata menentukan besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan keadaan air tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya praktikum ini sehingga laporan ini dapat dikerjakan.


B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.

C.      Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1.     Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.
















BAB II
KAJIAN TEORI

Transpirasi ialah suatu proses hilangnya air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari rambut akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air yang berlebih akan dibuang melalui proses transpirasi.
Berdasarkan tempatnya, transpirasi dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi kutikula, transpirasi lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Tiga tipe transpirasi yaitu:
a.       Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
b.      Transpirasi Stomata
Adalah Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.



c.       Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total transpirasi.
 










Gambar 2. Stomata dan bagian-bagiannnya
Sumber: https://hidayatulcatraburhan.files.wordpress.com/2010/11/stomata-protective-tissue.jpeg

 




Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu sebagai berikut:
a.       Faktor dari luar atau lingkungan, antara lain:
1.      Radiasi matahari
Dari radiasi matahari yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
2.      Temperatur
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Suhu daun di dalam ruang yang lebih gelap  kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.
3.      Kelembaban
Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara.
Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
4.      Angin
Angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui penyapuan uap air. Transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin) menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun juga meningkat (Gardner, et.al., 1991 )


b.      Faktor-faktor dari dalam tanaman, antara lain:
1.      Penutupan stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan yaitu tingkat cahaya dan kelembapan.
2.      Jumlah dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3.      Jumlah daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar evapotranspirasi.
4.      Penggulungan atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
5.      Kedalaman dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner, et.al., 1991 )
                 Dalam pengukuran laju transpirasi tidaklah mudah untuk dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :


a.       Kertas korbal klorida
Adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
b.      Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
c.       Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
d.      Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung.






BAB III
METODE PERCOBAAN

A.    Jenis Percobaan
Jenis percobaan yang dilakukan adalah observasi (pengamatan). Hal ini dikarenakan praktikan melakukan proses pengamatan terhadap tanaman pacar air dengan suhu lingkungan yang berbeda.

B.     Tempat dan Waktu
Dalam penelitian ini, praktikan melakukan pengamatan di Laboratorium IPA Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 12 Mei 2015 pukul 15.00-17.00 WIB.

C.    Alat dan Bahan
a.    Alat :
1.      Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
2.      Sumbat erlenmeyer dengan lubang di tengahnya (2 buah)
3.      Timbangan
4.      Termometer, higrometer
5.      Lux meter
6.      Bola lampu 100 watt dan lampu duduk
7.      Pisau tajam dan penggaris
8.      Kertas grafik/milimeter

b.    Bahan :
1.      Air
2.      Vaselin
3.      Dua pucuk tanaman Pacar air (Impatien balsemia) yang memiliki kondisi hampir sama sepanjang 20 cm.


D.    Rancangan Percobaan
a.     
Dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer dan diberi sumbat
Dipotong sepanjang 20 cm dr pucuk,
Tempat Gelap




Diletakkan di dalam ruangan tanpa cahaya


Setiap 30 menit diukur intensitasnya
Setiap 30 menit diukur suhunya




· Setiap 30 menit ditimbang
· Masing-masing Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali


· Diambil daun-daunnya
· Di ukur luas total daun dengan kertas milimeter





  1. Tempat terang
    Dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer dan diberi sumbat
    Dipotong sepanjang 20 cm dr pucuk,




Diletakkan berdekatan dengan sumber cahaya dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt



Setiap 30 menit diukur intensitasnya
Setiap 30 menit diukur suhunya




· Setiap 30 menit ditimbang
· Masing-masing Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali


· Diambil daun-daunnya
· Di ukur luas total daun dengan kertas milimeter







E.     Langkah Percobaan
1.      Menyiapakan bahan dan alat yang diperlukan.
2.      Menyediakan 2 buah erlenmeyer, di isi dengan air volume 150 ml.
3.      Memotong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan memasukkan potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air. membuang bunga, kuncup, daun yang rusak dan olesi luka dengan vaselin. Demikian pula olesi celah-celah yang ada dengan vaselin (misalnya sekitar sumbat penutup).
4.      Menimbang kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang ada di dalamnya dan catat.
5.      Meletakkan erlenmeyer 1 di dalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada tempat dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.
6.      Setiap 30 menit menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya dan catat.
7.      Mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali.
8.      Setelah penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman tersebut, kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik, caranya sebagai berikut:
·         membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik.
·         Menghitung luas daun dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½ kotak dianggap nol, dan bila lebih dari ½ dianggap satu.






BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A.    Data
Berikut data hasil pengamatan transpirasi tanaman pacar air

Tabel 1. Hasil Pengamatan Transpirasi Tanaman Pacar Air
Suhu Awal (oC)
Tanaman Pacar Air
Menit ke-
Suhu (oC)
Intensitas Cahaya (d/m2)
Kelembapan ( % )
Massa
Selisih
Awal
Akhir
25
I
30
29,5
5
70
355,2
355,0
0,2
60
30
1
64
355,2
355,0
0,2
90
30,5
2
62
355,2
354,9
0,3
25
II
30
30,5
1620
90
361,5
361,5
0
60
31
1540
60
361,5
361,4
0,1
90
32
1360
51
361,5
361,4
0,1

Tabel 2. Hasil Pengamatan Luas Daun
Perlakuan
Luas daun ke- (cm2)
Total (cm2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Intensitas cahaya rendah
14
9
9
14
12
12
-
-
-
70
Intensitas cahaya tinggi
8
6
6
6
7
7
12
11
8
71

B.     Analisis
Berdasarkan tabel data hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan kecepatan transpirasi antara tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan dengan tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt. Pada pengamatan awal, sebelum dilakukan perbedaan perlakuan,  massa keseluruhan erlenmeyer pertama dengan air dan tanaman pacar air didalamnya adalah 355,2 gram, sedangkan massa keseluruhan erlenmeyer kedua dengan air dan tanaman pacar air didalamnya adalah 361,5 gram. Erlenmeyer pertama kemudian diletakkan pada ruangan sementara erlenmeyer kedua berada 20 cm dari lampu 100 watt. Setiap 30 menit, dengan pengulangan sebanyak 3 kali dilakukan pengukuran berat terhadap erlenmeyer, air dan tanaman pacar air yang ada didalamnya membuktikan adanya perubahan berat pada kedua erlenmeyer. Setelah 30 menit, erlenmeyer pertama yang diletakkan pada ruangan memiliki suhu 29,5 oC, intensitas cahaya 5 d/m2, dan kelembapan 70 %  mengalami penurunan massa menjadi 355,0 gram, pada 30 menit kedua masih tetap yaitu 35,0 gram dengan suhu 30 oC, intensitas cahaya 1 d/m2, kelembapan 64 %  dan pada 30 menit ketiga mengalami penurunan menjadi 354,9 gram dengan suhu 30,5 oC, intensitas cahaya 2 d/m2, serta kelembapan 62 %.
Erlenmeyer kedua yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt tidak mengalami penurunan massa yaitu tetap 316,5 gram dari massa awal dengan suhu 30,5 oC, intensitas cahaya 1620 d/m2, kelembapan 90 %  pada 30 menit pertama. Namun, pada 30 menit kedua dan ketiga mengalami penurunan massa menjadi 361,4 gram. Dimana pada 30 menit kedua memiliki suhu 31 oC, intensitas cahaya 1540 d/m2, dan kelembapan 60 % sedangkan pada 30 menit ketiga memiliki suhu 32 oC, intensitas cahaya 1360 d/m2, dan kelembapan 51 %. Berdasarkan hal ini, maka penurunan massa erlenmeyer pada intensitas cahaya terang lebih kecil dari pada penurunan berat perangkat erlenmeyer pada intensitas cahaya gelap.
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pada intensitas cahaya rendah terdapat 6 daun. Daun pertama luasnya 14 cm2, daun kedua luasnya 9 cm2, daun ketiga luasnya 9 cm2, daun keempat luasnya 14 cm2, daun kelima luasnya 12 cm2, dan daun keenam luasnya 12 cm2. Sehingga total luas daun tanaman pacar air pada intensitas cahaya rendah yaitu 70 cm2. Pada intensitas cahaya tinggi terdapat 9 daun. Daun pertama luasnya 8 cm2, daun kedua luasnya 6 cm2, daun ketiga luasnya 6 cm2, daun keempat luasnya 6 cm2, daun kelima luasnya 7 cm2, daun keenam luasnya 7 cm2, daun keenam luasnya 12 cm2, daun keenam luasnya 11 cm2, dan daun keenam luasnya 8 cm2. Sehingga total luas daun tanaman pacar air pada intensitas cahaya tinggi yaitu 71 cm2.
C.    Pembahasan
Tanaman Pacar Air
Menit ke-
Suhu (oC)
Intensitas Cahaya  (d/m2)
Kelembapan (%)
Massa
Selisih
Rata-rata
Kecepatan Transpirasi  (gr/menit/cm2)
Awal
Akhir
I
30
29,5
5
70
355,2
355,0
0,2
0,2
9,52 x 10-5
60
30
1
64
355,2
355,0
0,2
90
30,5
2
62
355,2
354,9
0,3
II
30
30,5
1620
90
361,5
361,5
0
0,1
4,69 x 10-5
60
31
1540
60
361,5
361,4
0,1
90
32
1360
51
361,5
361,4
0,1


Berdasarkan dari analisis terhadap tabel pengamatan, terjadi penurunan massa pada erlenmeyer pertama yang diletakkan pada ruangan dengan rata-rata sebesar 0,2 gram dan erlenmeyer kedua yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt terjadi penurunan massa dengan rata-rata sebesar 0,1 gram. Perubahan massa ini mengindikasikan bahwa pada kedua tanaman pacar air terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses transpirasi. Pada pengamatan ini, tanaman pacar air yang mendapat cahaya lebih banyak yaitu yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt mengalami penurunan massa lebih sedikit daripada tanaman yang di letakkan pada ruangan yang mendapat sedikit cahaya. Kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan di ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt, yakni sebesar  4,69 x 10-5 gram/menit/cm2. Hal ini tidak sesuai teori dimana semakin besar intensitas cahaya, semakin tinggi kecepatan transpirasi dan semakin rendah intensitas cahaya, semakin rendah kecepatan transpirasi. Karena intensitas cahaya berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Hal ini dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air pada ruangan seharusnya diletakkan pada bagian ruangan yang gelap. Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian besar juga menerima cahaya. Sehingga perbedaan penurunan massa antara tanaman pacar air yang diletakkan di ruangan dengan pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt tidak jauh berbeda yaitu hanya berbeda 0,1 gram saja. Selain itu, jumlah daun yang digunakan pada praktikum ini seharusnya dikontrol sehingga tidak mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.
Intensitas cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme membuka menutupnya stomata, yaitu celah daun yang menjadi tempat keluarnya uap air pada proses transpirasi dan terjadinya dipengaruhi oleh adanya cahaya. Berdasarkan teori fotosintesis, sel penjaga pada stomata memiliki kloroplas yang mengandung klorofil. Adanya klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa pada sel penjaga berlangsung fotosintesis yang menghasilkan glukosa. Glukosa terdapat dalam bentuk larut pada cairan sel penjaga. Apabila pada suatu sel terdapat banyak zat terlarut yaitu glukosa, maka potensial air pada sel penjaga rendah sehingga air pada sel tetangga masuk ke sel penjaga. sehingga membukalah stomata dan terjadilah  proses transpirasi. Ketika tanaman pacar air ditempatkan pada intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar, sehingga  proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah, celah stomata akan mengecil atau menutup sama sekali, sehingga kecepatan transpirasi rendah, bahkan tidak berlangsung. Selain itu, suhu dan kelembaban lingkungan juga berpengaruh pada kecepatan transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Hal ini terlihat pada 30 menit ketiga tanaman pacar air yang diletakkan pada ruangan, dimana pada suhu 30,5 oC memiliki selisih 0,3 gram dibandingkan selisih pada suhu 29,5 oC dan 30 oC yang hanya memiliki selisih 0,2 gram. Namun, semakin rendah kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Hal ini juga terlihat pada kelembapan 62 %  memiliki selisih 0,3 gram dibandingkan selisih pada kelembapan 70 %  dan 64 %  yang hanya memiliki selisih 0,2 gram. Gerakan uap air ke udara dalam daun akan menurunkan kecepatan bersih dari air yang hilang, sehingga transpirasi akan menurun seiring dengan meningkatnya kelembaban udara, begitu pula sebaliknya.




















BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pengamatan Transpirasi dapat disimpulkan bahwa:
Intensitas cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (impatien balsemia) , dimana semakin besar intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi semakin cepat. Sebaliknya semakin kecil intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi semakin lambat.

B.     Saran
Adapun saran dari pengamatan Transpirasi ini yaitu:
Sebaiknya sebelum melakukan praktikum jumlah daun pada tanaman pacar air yang akan dimasukkan ke erlenmeyer dikontrol agar tidak berpengaruh pada hasil perhitungan kecepatan transpirasi. Peletakkan tanaman pacar air yang tidak disinari cahaya lampu seharusnya diletakkan ditempat gelap bukan diatas meja yang sebagian besar juga menerima cahaya.









DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Purwokerto: Fakultas Pertanian UNSOED.
Pratama, Tomi A., dkk. 2009. Transpirasi dan Evaporasi. (online) https://thetom022.files.wordpress.com/2009/06/transpirasi-dan-evaporasi.pdf, diakses tanggal 15 Mei 2015 Pukul 10.00
Tim. 2015. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Program Studi Pendidikan IPA UNESA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar