LAPORAN
PRAKTIKUM
STRUKTUR
FUNGSI DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN
“TRANSPIRASI”
Disusun
oleh:
1.
Deassy Laily Paramita 13030654043
2.
Faiqotul Himmah 13030654049
3.
Citra Sri Rahayu 13030654065
4.
Faroh Novianti Merdekawati 13030654067
5.
Renyta Ayu Cahyaningtyas 13030654072
Pendidikan IPA B 2013
|
S1 PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2015
ABSTRAK
Pengamatan
Transpirasi pada tanaman pacar air bertujuan untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap kecepatan transpirasi. Metodenya yaitu dengan meletakkan
erlenmeyer yang berisi tanaman pacar air 20 cm
dari lampu 100 watt dan juga meletakkan erlenmeyer ditempat gelap. Kemudian
menimbang kedua erlenmeyer setiap 30 menit sekali. Dari hasil pengamatan
diperoleh kecepatan transpirasi pada tanaman yang
diletakkan di ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan
kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt,
yakni sebesar 4,69 x 10-5 gram/menit/cm2.
Hasil yang kami peroleh tidak sesuai dengan teori , hal ini dikarenakan
praktikan dalam meletakkan tanaman pacar air pada ruangan tidak diletakkan pada bagian ruangan yang
gelap. Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian besar
juga menerima cahaya. Selain itu, jumlah daun yang digunakan pada praktikum ini
tidak dikontrol sehingga mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.
Kata
Kunci: Transpirasi , Tanaman pacar air
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air
dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir. Pengeluaran air
oleh tumbuhan dalam bentuk uap air prosesnya disebut dengan transpirasi. Banyaknya
air yang ditranspirasikan oleh tumbuhan merupakan kejadian yang khas, meskipun
perbedaan terjadi antara suatu species dan species yang lainnya. Transpirasi
dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel. Disamping
mengeluarkan air dalam bentuk uap, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam
bentuk tetesan air yang prosesnya disebut dengan gutasi dengan melalui alat
yang disebut dengan hidatoda yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat
daun yang sering kita jumpai pada species tumbuhan tertentu. Sehubungan dengan
transpirasi, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini
adalah daun, karena pada daunlah kita menjumpai stomata paling banyak.
Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan
laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor
optimum di dalam sel. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel
mesofil kerongga antar sel yang ada dalam daun (Wahab, 2013).
Pada dasarnya terjadinya transpirasi
ditentukan oleh seberapa besar celah antara dua sel penutup stomata, sehingga
proses-proses yang menyebabkan membuka dna menutupnya stomata menentukan
besarnya transpirasi. Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi proses
transpirasi di antaranya adalah radiasi cahaya, kelembaban, suhu, angin dan
keadaan air tanah.
Hal-hal di ataslah yang melatar belakangi dilakukannya
praktikum ini sehingga laporan ini dapat dikerjakan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah
pengaruh
lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode penimbangan.
C.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Untuk
mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan transpirasi dengan metode
penimbangan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Transpirasi ialah suatu proses hilangnya
air dari tumbuhan ke atmosfer dalam bentuk uap air. Air diserap dari rambut
akar tumbuhan dan air itu kemudian diangkut melalui xilem ke semua bagian
tumbuhan khususnya daun. Selain digunakan untuk proses fotosintesis, air yang
berlebih akan dibuang melalui proses transpirasi.
Berdasarkan tempatnya, transpirasi
dibedakan menjadi tiga macam yaitu transpirasi kutikula, transpirasi
lentikuler, transpirasi stomata. Namun hampir 97% air dari tanaman hilang
melalui transpirasi stomata. (Heddy,1990).
Tiga
tipe transpirasi yaitu:
a. Transpirasi
Kutikula
Adalah
evaporasi (penguapan) air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian
besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang
dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar
air yang hilang terjadi melalui stomata.
b.
Transpirasi Stomata
Adalah
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut
terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil
yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar
sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel
ke atmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat
ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air
ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.
c.
Transpirasi Lentikuler
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi
sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal sebagai alat komplementer, uap air
yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0,1 % dari total transpirasi.
Gambar 2.
Stomata dan bagian-bagiannnya
Sumber:
https://hidayatulcatraburhan.files.wordpress.com/2010/11/stomata-protective-tissue.jpeg
|
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu sebagai berikut:
a. Faktor
dari luar atau lingkungan, antara lain:
1. Radiasi
matahari
Dari radiasi matahari
yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk fotosintesis dan 75-85% digunakan
untuk memanaskan daun dan untuk transpirasi.
2. Temperatur
Kenaikan suhu dari 180
sampai 200F cenderung untuk meningkatkan penguapan air sebesar dua kali. Suhu
daun di dalam ruang yang lebih gelap
kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar
matahari mempunyai suhu 100 – 200F lebih tinggi dari pada suhu udara.
3. Kelembaban
Gerakan uap air dari
udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang, dengan
demikian seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara.
Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
Apabila stomata dalam keadaan terbuka maka kecepatan difusi dari uap air keluar tergantung pada besarnya perbedaan tekanan uap air yang ada di dalam rongga-rongga antar sel dengan tekanan uap air di atmosfer. Jika tekanan uap air di udara rendah, maka kecepatan difusi dari uap air di daun keluar akan bertambah besar begitu pula sebaliknya. Pada kelembaban udara relatif 50% perbedaan tekanan uap air di daun dan atmosfer 2 kali lebih besar dari kelembaban relatif 70% (Jayamiharja, 1977).
4. Angin
Angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, yaitu melalui penyapuan uap air. Transpirasi
terjadi apabila air berdifusi melalui stomata. Apabila aliran udara (angin)
menghembus udara lembab di permukaan daun, perbedaan potensial air di dalam dan
tepat di luar lubang stomata akan meningkat dan difusi bersih air dari daun
juga meningkat (Gardner, et.al., 1991 )
b. Faktor-faktor
dari dalam tanaman, antara lain:
1. Penutupan
stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi
melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya
sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka
lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air
ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor
utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan
yaitu tingkat cahaya dan kelembapan.
2. Jumlah
dan ukuran stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi
oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap
transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.
3. Jumlah
daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin
besar evapotranspirasi.
4. Penggulungan
atau pelipatan daun
Banyak tanaman mempunyai mekanisme dalam
daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air
terbatas.
5. Kedalaman
dan proliferasi akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan
tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi
akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari
proliferasi akar (akar per satuan volume tanah) meningkatkan pengambilan air
dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner,
et.al., 1991 )
Dalam pengukuran laju transpirasi
tidaklah mudah untuk dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara
pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai
kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk
menaksir laju transpirasi :
a.
Kertas korbal klorida
Adalah
pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap air
yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru
cerah tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila
menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun
dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang
diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan
ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
b. Potometer
Alat ini mengukur
pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, dengan asumsi bahwa bila air
tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan
jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
c. Pengumpulan
uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau
bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air
yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.
d. Penimbangan
langsung
Pengukuran transpirasi yang paling
memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur
sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah.
Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu
dengan penimbangan langsung.
BAB III
METODE PERCOBAAN
A.
Jenis
Percobaan
Jenis percobaan yang dilakukan adalah observasi
(pengamatan). Hal ini dikarenakan praktikan melakukan proses pengamatan
terhadap tanaman pacar air dengan suhu lingkungan yang berbeda.
B.
Tempat dan Waktu
Dalam penelitian ini, praktikan melakukan pengamatan
di Laboratorium IPA Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 12 Mei 2015 pukul
15.00-17.00 WIB.
C. Alat
dan Bahan
a. Alat
:
1.
Erlenmeyer 250 ml (2 buah)
2.
Sumbat erlenmeyer dengan lubang di tengahnya (2 buah)
3.
Timbangan
4.
Termometer, higrometer
5.
Lux meter
6.
Bola lampu 100 watt dan lampu duduk
7.
Pisau tajam dan penggaris
8.
Kertas grafik/milimeter
b. Bahan
:
1.
Air
2.
Vaselin
3.
Dua pucuk tanaman Pacar air (Impatien balsemia)
yang memiliki kondisi hampir
sama sepanjang 20 cm.
D. Rancangan
Percobaan
a.
Dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer dan
diberi sumbat
|
Dipotong sepanjang 20 cm dr pucuk,
|
Diletakkan di dalam ruangan tanpa cahaya
|
Setiap 30 menit diukur intensitasnya
|
Setiap 30 menit diukur suhunya
|
· Setiap 30 menit ditimbang
· Masing-masing Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali
|
· Diambil daun-daunnya
· Di ukur luas total daun dengan kertas milimeter
|
- Tempat
terang
Dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer dan diberi sumbatDipotong sepanjang 20 cm dr pucuk,
Diletakkan berdekatan dengan sumber cahaya
dengan jarak 20 cm dari lampu pijar 100 watt
|
Setiap 30 menit diukur intensitasnya
|
Setiap 30 menit diukur suhunya
|
· Setiap 30 menit ditimbang
· Masing-masing Pengukuran diulangi sebanyak 3 kali
|
· Diambil daun-daunnya
· Di ukur luas total daun dengan kertas milimeter
|
E.
Langkah
Percobaan
1. Menyiapakan
bahan dan alat yang diperlukan.
2. Menyediakan
2 buah erlenmeyer, di isi dengan air volume 150 ml.
3. Memotong
miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan memasukkan
potongan tanaman tersebut pada tabung erlenmeyer melalui lubang pada sumbat
sampai bagian bawahnya terendam air. membuang bunga, kuncup, daun yang rusak
dan olesi luka dengan vaselin. Demikian pula olesi celah-celah yang ada dengan
vaselin (misalnya sekitar sumbat penutup).
4. Menimbang
kedua erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang ada di dalamnya
dan catat.
5. Meletakkan
erlenmeyer 1 di dalam ruangan dan erlenmeyer 2 pada tempat dengan jarak 20 cm
dari lampu pijar 100 watt. Mengukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut
meliputi suhu, intensitas cahaya dan kelembaban.
6. Setiap
30 menit menimbang erlenmeyer beserta perlengkapannya dan catat.
7. Mengulangi
pengukuran sebanyak 3 kali.
8. Setelah
penimbangan terakhir, mengambil daun-daun pada tanaman tersebut, kemudian mengukur
luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik, caranya sebagai
berikut:
·
membuat pola
masing-masing daun pada kertas grafik.
·
Menghitung luas daun
dengan ketentuan: Apabila kurang dari ½ kotak dianggap nol, dan bila lebih dari
½ dianggap satu.
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Data
Berikut
data hasil pengamatan transpirasi tanaman pacar air
Tabel 1. Hasil Pengamatan Transpirasi Tanaman Pacar Air
Suhu
Awal (oC)
|
Tanaman
Pacar Air
|
Menit
ke-
|
Suhu
(oC)
|
Intensitas
Cahaya (d/m2)
|
Kelembapan
( % )
|
Massa
|
Selisih
|
|
Awal
|
Akhir
|
|||||||
25
|
I
|
30
|
29,5
|
5
|
70
|
355,2
|
355,0
|
0,2
|
60
|
30
|
1
|
64
|
355,2
|
355,0
|
0,2
|
||
90
|
30,5
|
2
|
62
|
355,2
|
354,9
|
0,3
|
||
25
|
II
|
30
|
30,5
|
1620
|
90
|
361,5
|
361,5
|
0
|
60
|
31
|
1540
|
60
|
361,5
|
361,4
|
0,1
|
||
90
|
32
|
1360
|
51
|
361,5
|
361,4
|
0,1
|
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Luas Daun
Perlakuan
|
Luas
daun ke- (cm2)
|
Total
(cm2)
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
||
Intensitas
cahaya rendah
|
14
|
9
|
9
|
14
|
12
|
12
|
-
|
-
|
-
|
70
|
Intensitas
cahaya tinggi
|
8
|
6
|
6
|
6
|
7
|
7
|
12
|
11
|
8
|
71
|
B. Analisis
Berdasarkan tabel data hasil pengamatan, dapat
diketahui bahwa terjadi perbedaan kecepatan transpirasi antara tanaman pacar
air yang diletakkan pada ruangan dengan tanaman pacar air yang diletakkan 20 cm
dari lampu 100 watt. Pada pengamatan awal, sebelum dilakukan perbedaan
perlakuan, massa keseluruhan erlenmeyer
pertama dengan air dan tanaman pacar air didalamnya adalah 355,2 gram,
sedangkan massa keseluruhan erlenmeyer kedua dengan air dan tanaman pacar air
didalamnya adalah 361,5 gram. Erlenmeyer pertama kemudian diletakkan pada ruangan
sementara erlenmeyer kedua berada 20 cm dari lampu 100 watt. Setiap 30 menit,
dengan pengulangan sebanyak 3 kali dilakukan pengukuran berat terhadap
erlenmeyer, air dan tanaman pacar air yang ada didalamnya membuktikan adanya
perubahan berat pada kedua erlenmeyer. Setelah 30 menit, erlenmeyer pertama
yang diletakkan pada ruangan memiliki suhu 29,5 oC, intensitas
cahaya 5 d/m2, dan kelembapan 70 % mengalami penurunan massa menjadi 355,0 gram,
pada 30 menit kedua masih tetap yaitu 35,0 gram dengan suhu 30 oC,
intensitas cahaya 1 d/m2, kelembapan 64 % dan pada 30 menit ketiga mengalami penurunan
menjadi 354,9 gram dengan suhu 30,5 oC, intensitas cahaya 2 d/m2,
serta kelembapan 62 %.
Erlenmeyer kedua yang diletakkan 20 cm dari lampu 100
watt tidak mengalami penurunan massa yaitu tetap 316,5 gram dari massa awal
dengan suhu 30,5 oC, intensitas cahaya 1620 d/m2,
kelembapan 90 % pada 30 menit pertama.
Namun, pada 30 menit kedua dan ketiga mengalami penurunan massa menjadi 361,4
gram. Dimana pada 30 menit kedua memiliki suhu 31 oC, intensitas
cahaya 1540 d/m2, dan kelembapan 60 % sedangkan pada 30 menit ketiga
memiliki suhu 32 oC, intensitas cahaya 1360 d/m2, dan
kelembapan 51 %. Berdasarkan hal ini, maka penurunan massa erlenmeyer pada intensitas
cahaya terang lebih kecil dari pada penurunan berat perangkat erlenmeyer pada
intensitas cahaya gelap.
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pada
intensitas cahaya rendah terdapat 6 daun. Daun pertama luasnya 14 cm2, daun kedua luasnya 9 cm2, daun ketiga luasnya 9 cm2, daun keempat luasnya 14 cm2, daun kelima luasnya 12 cm2, dan daun keenam luasnya 12
cm2. Sehingga total luas daun
tanaman pacar air pada intensitas cahaya rendah yaitu 70 cm2. Pada intensitas cahaya tinggi terdapat 9 daun. Daun
pertama luasnya 8 cm2, daun kedua luasnya 6 cm2, daun ketiga luasnya 6 cm2, daun keempat luasnya 6 cm2, daun kelima luasnya 7 cm2, daun keenam luasnya 7 cm2, daun keenam luasnya 12 cm2, daun keenam luasnya 11 cm2, dan daun keenam luasnya 8 cm2. Sehingga total luas daun
tanaman pacar air pada intensitas cahaya tinggi yaitu 71 cm2.
C. Pembahasan
Tanaman
Pacar Air
|
Menit
ke-
|
Suhu
(oC)
|
Intensitas
Cahaya (d/m2)
|
Kelembapan
(%)
|
Massa
|
Selisih
|
Rata-rata
|
Kecepatan Transpirasi (gr/menit/cm2)
|
|
Awal
|
Akhir
|
||||||||
I
|
30
|
29,5
|
5
|
70
|
355,2
|
355,0
|
0,2
|
0,2
|
9,52
x 10-5
|
60
|
30
|
1
|
64
|
355,2
|
355,0
|
0,2
|
|||
90
|
30,5
|
2
|
62
|
355,2
|
354,9
|
0,3
|
|||
II
|
30
|
30,5
|
1620
|
90
|
361,5
|
361,5
|
0
|
0,1
|
4,69
x 10-5
|
60
|
31
|
1540
|
60
|
361,5
|
361,4
|
0,1
|
|||
90
|
32
|
1360
|
51
|
361,5
|
361,4
|
0,1
|
Berdasarkan dari
analisis terhadap tabel pengamatan, terjadi penurunan massa pada erlenmeyer
pertama yang diletakkan pada ruangan dengan rata-rata sebesar 0,2 gram dan erlenmeyer
kedua yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt terjadi penurunan massa dengan
rata-rata sebesar 0,1 gram. Perubahan massa ini mengindikasikan bahwa pada
kedua tanaman pacar air terjadi transpirasi atau hilangnya air dalam bentuk uap
air dari jaringan tumbuhan karena proses fisiologis tumbuhan seperti proses
transpirasi. Pada pengamatan ini, tanaman pacar air yang mendapat cahaya lebih
banyak yaitu yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt mengalami penurunan
massa lebih sedikit daripada tanaman yang di letakkan pada ruangan yang
mendapat sedikit cahaya. Kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan di
ruangan yaitu 9,52 x 10-5 gr/menit/cm2 sedangkan
kecepatan transpirasi pada tanaman yang diletakkan 20 cm dari lampu 100 watt,
yakni sebesar 4,69 x 10-5 gram/menit/cm2.
Hal ini tidak sesuai teori dimana semakin besar intensitas cahaya, semakin
tinggi kecepatan transpirasi dan semakin rendah intensitas cahaya, semakin
rendah kecepatan transpirasi. Karena intensitas cahaya berpengaruh terhadap
kecepatan transpirasi. Hal ini dikarenakan praktikan dalam meletakkan tanaman
pacar air pada ruangan seharusnya diletakkan pada bagian ruangan yang gelap.
Namun, tanaman pacar air diletakkan di atas meja yang sebagian besar juga
menerima cahaya. Sehingga perbedaan penurunan massa antara tanaman pacar air
yang diletakkan di ruangan dengan pacar air yang diletakkan 20 cm dari lampu
100 watt tidak jauh berbeda yaitu hanya berbeda 0,1 gram saja. Selain itu,
jumlah daun yang digunakan pada praktikum ini seharusnya dikontrol sehingga
tidak mempengaruhi hasil perhitungan kecepatan transpirasi.
Intensitas
cahaya mempengaruhi kecepatan transpirasi karena mekanisme membuka menutupnya
stomata, yaitu celah daun yang menjadi tempat keluarnya uap air pada proses
transpirasi dan terjadinya dipengaruhi oleh adanya cahaya. Berdasarkan teori fotosintesis,
sel penjaga pada stomata memiliki kloroplas yang mengandung klorofil. Adanya
klorofil dan cahaya mengindikasikan bahwa pada sel penjaga berlangsung
fotosintesis yang menghasilkan glukosa. Glukosa terdapat dalam bentuk larut pada
cairan sel penjaga. Apabila pada suatu sel terdapat banyak zat terlarut yaitu
glukosa, maka potensial air pada sel penjaga rendah sehingga air pada sel
tetangga masuk ke sel penjaga. sehingga membukalah stomata dan terjadilah proses transpirasi. Ketika tanaman pacar air
ditempatkan pada intensitas cahaya tinggi, celah stomata akan membuka lebar,
sehingga proses transpirasi berlangsung
lebih cepat. Sebaliknya, saat intensitas cahaya rendah, celah stomata akan
mengecil atau menutup sama sekali, sehingga kecepatan transpirasi rendah,
bahkan tidak berlangsung. Selain itu, suhu dan kelembaban lingkungan juga
berpengaruh pada kecepatan transpirasi. Semakin tinggi suhu lingkungan, semakin
tinggi kecepatan transpirasi. Hal ini terlihat pada 30 menit ketiga tanaman
pacar air yang diletakkan pada ruangan, dimana pada suhu 30,5 oC
memiliki selisih 0,3 gram dibandingkan selisih pada suhu 29,5 oC dan
30 oC yang hanya memiliki selisih 0,2 gram. Namun, semakin rendah
kelembaban lingkungan, semakin tinggi kecepatan transpirasi. Hal ini juga
terlihat pada kelembapan 62 % memiliki
selisih 0,3 gram dibandingkan selisih pada kelembapan 70 % dan 64 %
yang hanya memiliki selisih 0,2 gram. Gerakan uap air ke udara dalam
daun akan menurunkan kecepatan bersih dari air yang hilang, sehingga
transpirasi akan menurun seiring dengan meningkatnya kelembaban udara, begitu
pula sebaliknya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pengamatan Transpirasi dapat
disimpulkan bahwa:
Intensitas cahaya dan
suhu dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (impatien balsemia) , dimana semakin
besar intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi semakin cepat.
Sebaliknya semakin kecil intensitas cahaya dan suhu maka kecepatan transpirasi
semakin lambat.
B.
Saran
Adapun
saran dari pengamatan Transpirasi ini yaitu:
Sebaiknya sebelum melakukan
praktikum jumlah daun pada tanaman pacar air yang akan dimasukkan ke erlenmeyer
dikontrol agar tidak berpengaruh pada
hasil perhitungan kecepatan transpirasi. Peletakkan
tanaman pacar air yang tidak disinari cahaya lampu seharusnya diletakkan ditempat
gelap bukan diatas meja yang
sebagian besar juga menerima cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Gardner, F. P. R. Brent pearce dan
Goger L. Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Heddy,
S. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta:
Rajawali Press.
Jayamiharja, Joni B. Ahmad. 1977. Diktat Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Purwokerto:
Fakultas Pertanian UNSOED.
Pratama, Tomi A., dkk. 2009. Transpirasi dan Evaporasi. (online) https://thetom022.files.wordpress.com/2009/06/transpirasi-dan-evaporasi.pdf,
diakses tanggal 15 Mei 2015 Pukul 10.00
Tim. 2015. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Program Studi
Pendidikan IPA UNESA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar