LAPORAN PRAKTIKUM
FLUIDA
“UJI KERENYAHAN”
Disusun Oleh :
Kelompok 7/ Pendidikan IPA B
2013
1.
Deassy Laily Paramita (13030654043)
2.
Citra Sri Rahayu
(13030654065)
3.
Faroh Novianti M. (13030654067)
4.
Dwi Rahmawaty (13030654073)
S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
ABSTRAK
Telah kami lakukan praktikum tentang uji kerenyahan di laboratorium IPA
Unesa pada hari Rabu tanggal 29 Mei 2015
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kerupuk terhadap
kerenyahan kerupuk. Adapun metode yang digunakan
yaitu merancang alat terlebih dahulu, kemudian meletakkan kerupuk pada balok
penyangga, lalu memberikan gaya tekan menggunakan balok tekan di atas kerupuk,
setelah itu mencatat hasil yang ditunjuk oleh neraca dan mengulangi langkah
tersebut di atas untuk 3 kerupuk selanjutnya. Berdasarkan praktikum yang
telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat kerenyahan dari
masing-masing kerupuk itu berbeda bergantung dari jenis kerupuknya. Dan dari 3
jenis kerupuk yang kami gunakan untuk uji kerenyahan, gaya yang diperlukan
untuk menekan kerupuk udang, kerupuk puli dan keripik getuk berturut-turut
adalah 10,78 N; 136,22 N; dan 49,98 N. Kerupuk udang merupakan kerupuk yang paling renyah
yaitu dengan ∆m sebesar 1,1 gram, sedangkan untuk kerupuk puli memiliki ∆m
sebesar 13,9 gram dan untuk keripik getuk memiliki ∆m sebesar 5,1 gram. Hasil percobaan ini
menunjukkan bahwa tingkat kerenyahan kerupuk disebabkan
karena beberapa faktor, diantaranya sifat kerupuk itu sendiri, bahan baku
kerupuk serta pengolahan kerupuk yang berupa penggorengan, pengukusan,
pengeringan, dll. Kerenyahan juga dipengaruhi oleh komponen mikro struktur
bahan kerupuk itu sendiri, semakin halus mikro strukturnya maka produk yang
dihasilkan lebih mudah pecah saat digigit, dikunyah atau dihancurkan sehingga
produk yang dihasilkan semakin renyah.
Kata kunci: massa kerupuk, gaya
(F), jenis kerupuk, dan kerenyahan.
DAFTAR ISI
Halaman Cover................................................................................................ i
Abstrak............................................................................................................. ii
Daftar isi.......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan......................................................................................... 1
A.
Latar Belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.
Tujuan Percobaan.................................................................................. 1
D.
Hipotesis............................................................................................... 1
BAB II Kajian Teori........................................................................................ 3
BAB III Metode Percobaan............................................................................ 7
A. Rancangan
Percobaan........................................................................... 7
B. Alat
dan Bahan..................................................................................... 7
C. variabel Percobaan................................................................................ 7
D. Alur Kerja............................................................................................. 8
BAB IV Data dan Analisis.............................................................................. 10
A. Data...................................................................................................... 10
B. Analisis................................................................................................. 10
C. Pembahasan.......................................................................................... 11
BAB V Penutup............................................................................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
Daftar Pustaka................................................................................................. 14
Lampiran ......................................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kerupuk merupakan makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dan dicampur dengan
bahan perasa, seperti udang atau ikan. Tekstur kerupuk yang baik
memiliki kerenyahan yang baik, volume mengembang dengan baik dan penampilan menarik. Sifat renyah pada produk kerupuk
berpengaruh terhadap kualitas produk pangan dan berperan dalam metode
penyimpanan suatu produk pangan. Karena jenis dari tiap kerupuk berbeda
tingkat kerenyahannya, maka akan diuji kerenyahannya.
Pegujian makanan meliputi dua hal, pengujian
subyektif yang melibatkan panca indera dan pengujian objektif yang menggunakan
parameter-parameter pada bidang biologi, fisika, dan kimia. “Uji Kerenyahan”
sering dilakukan dengan memanfaatkan tanggapan indera seseorang terhadap
renyahnya makanan, termasuk uji mutu organoleptik. Dalam praktikum yang kali
ini, kami menggunakan jenis kerupuk sebagai pengaruh kerenyahan atau
elastisitas kerupuk. Kerupuk mempunyai elastisitas yang mempunyai batas
elastisitas itu sendiri. Artinya, kerupuk bisa patah ketika kerupuk tersebut
diberi gaya tertentu sampai mencapai titik patah.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimanakah pengaruh jenis kerupuk
terhadap kerenyahan kerupuk?”
C.
Tujuan
Untuk
mengidentifikasi pengaruh jenis kerupuk terhadap kerenyahan kerupuk.
D.
Hipotesis
Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil suatu hipotesis yaitu sebagai
berikut:
“Jenis kerupuk
dapat mempengaruhi tingkat kerenyahan kerupuk. Semakin
besar gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk, maka tingkat kerenyahan
kerupuk semakin rendah. Dan semakin kecil gaya yang diberikan untuk menekan
kerupuk, maka tingkat kerenyahan kerupuk akan semakin tinggi.”
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Elastisitas
Elastisitas
adalah kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang,
lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh
gaya-gaya yang menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk
kembali seperti semula. Contoh benda elastis yaitu pegas, karet, dan lain-lain. Contoh benda tak elastis yaitu kayu, tanah,
plastisin, dan lain-lain.
Sifat
elastisitas dari bahan yaitu jika gaya yang diberikan pada bahan dihilangkan, maka akan kembali ke bentuk semula. Dan batas
elastisitas dari bahan terjadi jika gaya yang diberikan pada bahan terlalu
besar, sehingga benda tidak akan mampu kembali ke
bentuk semula sepenuhnya. Sifat
elastisitas dapat bermanfaat pada
kehidupan kita, terutama
pada bidang bangunan (arsitek), jika penggunaan bahan tidak tepat atau batas
elastisitasnya rendah akan membahayakan struktur bangunan, kabel-kabel penopang
pada jembatan-jembatan besar memiliki batas elastisitas yang cukup besar
sehingga mampu menahan beban dan goncangan.
Besaran-Besaran dalam Elastisitas
- Tegangan (stress)
Tegangan adalah
besarnya gaya yang bekerja pada permukaan benda persatuan luas. Tegangan dalam
elastisitas dirumuskan:
Tegangan sama seperti tekanan,
ia memiliki satuan Pascal (Pa) atau N/m2
- Regangan (strain)
Regangan dalam elastisitas adalah pertambahan panjang yang terjadi pada suatu benda karena pengaruh gaya luar per panjang mula-mula benda tersebut sebelum gaya luar bekerja padanya. Regangan dirumuskan:
Karena regangan adalah perbandingan dari dua besaran yang sejenis maka regangan
hanya seperti koefisien (tanpa punya satuan).
- Modulus Elastis (Modulus Young)
Definisi dari modulus young adalah perbandingan antara tegangan dengan regangan. Di rumuskan
Jika kita menguraikan rumus tegangan dan regangan di dapat persamaan:
B.
Kerupuk
Kerupuk merupakan salah satu produk pangan yang berasal dari Indonesia,
terbuat dari tepung tapioka atau pati sagu dan dicampur dengan bahan tambahan
pangan dan dilakukan proses penggorengan dengan minyak sebelum disajikan. Bahan
dasar tersebut pada umumnya memiliki kualitas gizi yang kurang baik terutama
pada kandungan protein, sehingga diperlukan penambahan bahan lain yang tinggi
protein untuk meningkatkan nilai gizinya
Penambahan bahan non pati seperti lumatan ikan laut, ikan nila, udang,
telur, dan lainnya yang suka mengikat air dapat menyulitkan proses pemasakkan
pati karena denaturasi protein akan menurunkan kemampuan mengikat air. Semakin
banyak penambahan bahan non pati, maka akan semakin nikmat secara organoleptik.
Namun di sisi lain, penambahan bahan non pati akan menurunkan pengembangan
kerupuk pada saat pematangan yang mempengaruhi pada tingkat kerenyahannya. Padahal,
kerenyahan merupakan penentu utama tingkat penerimaan kerupuk Pembuatan kerupuk
melalui beberapa tahapan, yaitu pembuatan adonan, pengukusan gelondong adonan,
pendinginan, pengeringan, dan proses pematangan. Proses pematangan yang biasa
dilakukan dalam pembuatan kerupuk adalah dengan proses penggorengan.
Kerupuk memiliki tekstur berongga dan renyah. Hal ini merupakan salah satu
mutu dari kerupuk. Sifat renyah pada produk kerupuk dan crackers berpengaruh
terhadap kualitas produk pangan dan berperan dalam metode penyimpanan suatu
produk pangan. Sifat kerupuk mudah melempem, hal ini berkaitan dengan
kelembapan udara lingkungan dan tingkat penyerapan air pada produk kerupuk.
Kelembapan udara di Indonesia yang relatif tinggi (80%-90%) memacu teknologi
pembentukan bahan pengemas yang tahan kondisi lingkungan sesuai dengan produk
bahan yang dikemas. Bahan pengemas tahan uap air dan udara yang sering
digunakan untuk produk kerupuk adalah plastik, kaleng, dan gelas.
C. Gaya
dan Tekanan
Gaya
didefinisikan sebagai suatu tarikan atau suatu dorongan yang dikerahkan oleh sebuah benda terhadap benda lain. Pengaruh gaya pada benda antara lain
sebagai berikut:
·
Menyebabkan perubahan kecepatan gerak benda.
·
Menyebabkan benda diam menjadi bergerak dan sebaliknya.
·
Mengubah arah gerak benda.
·
Mengubah bentuk suatu benda.
Salah satu jenis dari gaya
yaitu gaya tekan normal. Gaya tekan normal adalah gaya yang diberikan oleh
lantai (bidang) pada benda. Arah gaya tekan normal selalu tegak lurus terhadap
bidang (baik bidang horisontal maupun bidang miring). Gaya tekan normal timbul
akibat dari gaya berat benda yang menekan lantai. Pada contoh di bawah ini,
gaya berat menekan lantai akibatnya lantai melawan dengan memberi gaya ke atas
pada balok. Gaya ke atas oleh lantai (bidang) inilah yang disebut gaya tekan
normal. Besarnya gaya tekan normal ini dipengaruhi oleh posisi bidang tempat
balok berada.
Tekanan merupakan besarnya gaya yang bekerja per
satuan luas. Jika tekanan dilambangkan dengan p, gaya tekan F, dan luas bidang
tekan A, maka hubungan antara tekanan, gaya dan luas permukaan adalah :
P =
Keterangan:
P
= tekanan (N/m2 = Pa)
F
= gaya (N)
A
= luas bidang tekan (m2)
Oleh
karena dalam SI satuan gaya adalah N, dan satuan luas adalah m2,
maka satuan tekanan adalah N/m2.
Satuan tekanan dalam SI adalah Pascal (disingkat Pa).
1Pa = 1 N/m2.
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A. Rancangan Percobaan
Gambar rancangan percobaan uji kerenyahan kerupuk
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a)
Neraca digital 1
buah
b)
Balok kayu 3
buah
2. Bahan
a)
Kerupuk udang
b)
Kerupuk puli
c)
Keripik gethuk
C. Variabel Pecobaan
Variabel manipulasi : Jenis kerupuk
Definisi Operasional :
Jenis kerupuk yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kerupuk udang, kerupuk
puli, dan keripik gethuk.
Variabel kontrol : Luas penampang alat tekan, dan massa kerupuk.
Definisi Operasional :
Alat tekan berupa balok dengan luas
penampang tertentu dan sama digunakan untuk setiap jenis kerupuk. Dan massa kerupuk
dari masing-masing jenis kerupuk yang digunakan adalah sama yaitu sebesar 2,3
gram.
Variabel Respon : Kerenyahan kerupuk
Definisi Operasional :
Tingkat kekuatan kerupuk bertahan dari tekanan.
D. Prosedur Percobaan
- Langkah Percobaan
a. Mempersiapkan
alat dan bahan.
b. Menimbang
masing-masing balok, dan kerupuk dengan menggunakan neraca digital.
c. Merancang
alat sesuai dengan rancangan percobaan.
d. Meletakkan
kerupuk di atas penyangga. Selanjutnya, menekan kerupuk dan penyangga dengan
alat penekan hingga patah. Kemudian mengamati dan mencatat massa
kerupuk saat patah.
e. Mengurangi
massa akhir saat kerupuk patah dengan massa kerupuk dan massa penyangga lalu
mencatat perubahan massa kerupuk.
f. Mengulangi
langkah tersebut untuk kerupuk 2 dan 3. menghitung tegangan tiap kerupuk serta mencatat
hasilnya ke dalam tabel hasil pengamatan.
2.
Alur
Perocbaan
BAB IV
DATA ANALISIS
A.
Data
Tabel Hasil Pengamatan Percobaan Uji Kerenyahan pada
Kerupuk
No.
|
Jenis
Kerupuk
|
d
()
mm
|
m0
()
gr
|
m
kerupuk + balok ()
gr
|
m
setelah ditekan ()
gr
|
()
gr
|
1.
|
Kerupuk Udang
|
3,30
|
2,3
|
377,8
|
378,9
|
1,1
|
2.
|
Kerupuk Puli
|
3,25
|
2,3
|
377,8
|
391,7
|
13,9
|
3.
|
Keripik Gethuk
|
1,45
|
2,3
|
377,8
|
382,9
|
5,1
|
B.
Analisis
Dari tabel hasil praktikum uji
kerenyahan, kerupuk udang memiliki diameter 3,30 mm, kerupuk puli diameternya
3,25 mm,
sedangkan keripik gethuk memiliki diameter 1,45 mm. Kerupuk udang, kerupuk puli, dan keripik gethuk ditimbang
menggunakan neraca digital sampai ketiga kerupuk tersebut memiliki massa yang
sama yaitu 2,3 gram. Setelah massa masing-masing kerupuk ditimbang, ditimbang
pula kerupuk dan balok sebagai penyangga sehingga didapat massa kerupuk dan
balok untuk setiap jenis kerupuk adalah sama yaitu 377,8 gram karena massa
kerupuk dan balok yang digunakan sama. Kerupuk yang telah diletakkan di atas
penyangga ditekan menggunakan balok sampai terdengar bunyi krek pertama
kemudian dicatat massa yang terlihat pada neraca. Didapat massa kerupuk udang,
kerupuk puli, dan keripik gethuk setelah ditekan berturut-turut adalah 378,9
gram; 391,7 gram; 382,9 gram. Dari massa kerupuk setelah ditekan dan massa
kerupuk dan balok dapat diperoleh perubahan massa akhir kerupuk yaitu 1,1 gram;
13,9 gram; dan 5,1 gram untuk kerupuk udang, kerupuk puli, serta keripik
gethuk.
C.
Pembahasan
No.
|
Jenis
Kerupuk
|
d
()
mm
|
m0
()
gr
|
m
kerupuk + balok ()
gr
|
m
setelah ditekan ()
gr
|
()
gr
|
F
(F=
|
1.
|
Kerupuk Udang
|
3,30
|
2,3
|
377,8
|
378,9
|
1,1
|
10,78
|
2.
|
Kerupuk Puli
|
3,25
|
2,3
|
377,8
|
391,7
|
13,9
|
136,22
|
3.
|
Keripik Gethuk
|
1,45
|
2,3
|
377,8
|
382,9
|
5,1
|
49,98
|
Berdasarkan
tabel di atas, gaya yang diperlukan untuk menekan kerupuk udang, kerupuk puli
dan keripik gethuk berturut-turut adalah 10,78 gram; 136,22 gram; dan 49,98 gram. Gaya yang diberikan
untuk menekan kerupuk udang sampai bunyi krek pertama terdengar lebih kecil
dibandingkan gaya yang harus diberikan untuk menekan kerupuk puli dan keripik
gethuk. Namun, dibutuhkan gaya yang lebih besar untuk menekan kerupuk puli
sampai bunyi krek pertama terdengar. Karena kerupuk puli mengalami pemekaran
yang besar jika dibandingkan ketika sebelum dan sesudah digoreng, selain itu
kerupuk puli juga lebih mudah menyerap uap air jika dibiarkan dalam ruang
terbuka. Hal ini menyebabkan kerupuk puli memiliki tingkat kerenyahan yang
rendah dibandingkan kerupuk udang, sedangkan kerupuk gethuk tidak mudah
menyerap uap air. Sehingga tingkat kerenyahan kerupuk jika dihubungkan dengan
gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk sampai bunyi krek terdengar adalah
semakin besar gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk maka tingkat kerenyahan
kerupuk semakin rendah sedangkan semakin kecil gaya yang diberikan untuk
menekan kerupuk maka tingkat kerenyahan kerupuk semakin tinggi. Berdasarkan hal
tersebut, kerupuk yang memiliki tingkat kerenyahan tertinggi dari ketiga jenis kerupuk
tersebut adalah kerupuk udang sedangkan kerupuk yang memiliki tingkat
kerenyahan terendah dari ketiga jenis kerupuk tersebut adalah kerupuk puli.
Tingkat kerenyahan kerupuk jika diurutkan dari yang tertinggi sampai terendah
yaitu kerupuk udang, keripik gethuk, dan kerupuk puli. Tingkat kerenyahan
krupuk disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya sifat kerupuk itu
sendiri, bahan baku kerupuk serta pengolahan kerupuk yang berupa penggorengan,
pengukusan, pengeringan, dan lain-lain. Kerenyahan kerupuk berhubungan erat
dengan tingkat kemekaran kerupuk. Tingkat kemekaran kerupuk pada saat
penggorengan sangat ditentukan oleh kadar air dalam kerupuk terseput. Semakin
banyak kandungan air pada kerupuk, maka tingkat kemekaran kerupuk akan rendah.
Kerenyahan kerupuk akan meningkat sejalan dengan volume kemekaran kerupuk saat digoreng. Kerenyahan
juga dipengaruhi oleh komponen mikro struktur bahan kerupuk itu sendiri,
semakin halus mikro strukturnya maka produk yang dihasilkan lebih mudah pecah
saat digigit, dikunyah atau dihancurkan sehingga produk yang dihasilkan semakin
renyah.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kerenyahan dari krupuk dipengaruhi oleh jenis krupuk. Semakin besar gaya yang diberikan
untuk menekan kerupuk, maka tingkat kerenyahan kerupuk semakin rendah. Dan
semakin kecil gaya yang diberikan untuk menekan kerupuk, maka tingkat
kerenyahan kerupuk akan semakin tinggi. Kerupuk
yang memiliki tingkat kerenyahan tertinggi dari ketiga jenis kerupuk tersebut
adalah kerupuk udang sedangkan kerupuk yang memiliki tingkat kerenyahan
terendah dari ketiga jenis kerupuk tersebut adalah kerupuk puli.
B. Saran
Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum ini ACnya dimatikan karena
mempengaruhi tingkat kerenyahan krupuk, dimana dengan adanya AC dapat menyebabkan
kerupuk
lebih mudah/ cepat
mlempem. Selain itu seharusnya praktikan lebih teliti dalam menimbang massa
krupuk.
DAFTAR PUSTAKA
Alizar. Elastisitas Dan Plastisitas, Modulus
Elastik, Konstanta Gaya. (Online)
Http://Kk.Mercubuana.Ac.Id/Elearning/Files_Modul/11001-12-800964449862.Pdf .
Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB. Diakses pada tanggal 2 Mei 2015
Anonim. Gaya Tekan Normal. (Online) Http://Www.Elsmandagiri.Com/
Fxbab4/3_Gaya_Tekan_Normal.Html. Diakses pada tanggal 2 Mei 2015
Giancoli, D.
1995. Physics Principles With Application.
New Jersey: Prentice Hall.
Tim. 2015. Modul Praktikum Fluida. Surabaya: Prodi
Pendidikan IPA UNESA.
LAMPIRAN
|
|
|
||||||
|
|
|
||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar