BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bioteknologi
merupakan
teknik penerapan prinsip-prinsip ilmiah dengan memanfaatkan organisme (seperti bakteri, jamur, virus dan lain-lain)
maupun produk dari organisme (seperti enzim, alkohol, antibiotika, asam organik) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam bidang industri
makanan, pemanfaatan mikroba telah dikenal masyarakat secara luas. Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kita menjumpai makanan dan minuman hasil
fermentasi mikroba. Produk makanan hasil bioteknologi konvensional dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis, antara lain produk makanan bergizi tinggi
(seperti tempe dan roti), produk makanan hasil fermentasi asam (seperti keju,
yoghurt, dan susu asam) , produk makanan dan minuman hasil fermentasi alkohol
(seperti tape, minuman bir, dan minuman anggur/ wine), dan produk penyedap makanan (misalnya tauco, kecap, dan
terasi).
Namun, semua makanan dan
minuman dari hasil bioteknologi tersebut tentu dapat mengalami kerusakan. Dan
untuk mencegah kerusakan dalam berbagai macam makanan dan minuman tersebut,
tentu diperlukan sebuah cara untuk mengawetkannya. Hal ini dikarenakan
pengawetan makanan dapat mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis)
bahan pangan, serta
dapat mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial.
Berdasarkan uraian di atas, maka
disusunlah makalah tentang pengawetan makanan yang akan kami bahas di bab
selanjutnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil
suatu rumusan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana cara mengawetkan makanan dalam penerapan
bioteknologi pada industri makanan?”
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Memahami pengertian bioteknologi dalam industri makanan.
2.
Mengetahui dan mengenali berbagai macam makanan dan minuman
yang dibuat dengan menerapkan prinsip bioteknologi.
3.
Mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengawetan
makanan berdasarkan konsep bioteknologi.
4.
Mengetahui macam-macam bahan yang dapat digunakan untuk
mengawetkan makanan dan minuman.
5.
Mengetahui macam-macam proses yang dapat digunakan untuk
mengawetkan makanan dan minuman hasil fermentasi.
D.
Manfaat Pembuatan
Makalah
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Dapat mengetahui dan mengenali berbagai macam makanan dan
minuman yang dibuat dengan menerapkan prinsip bioteknologi.
2.
Dapat mengetahui prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengawetan makanan berdasarkan konsep bioteknologi.
3.
Dapat mengetahui macam-macam bahan yang dapat digunakan untuk
mengawetkan makanan dan minuman.
4.
Dapat mengetahui macam-macam proses yang dapat digunakan
untuk mengawetkan makanan dan minuman hasil fermentasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Bioteknologi adalah suatu
teknik penggunaan
atau penerapan dalam memanfaatkan organisme (seperti bakteri, jamur, virus dan lain-lain)
maupun produk dari organisme (seperti enzim, alkohol, antibiotika, asam organik) dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam industri makanan, bioteknologi dapat diterapkan
pada pembuatan tempe, roti, keju, bir, tape, yoghurt, dan lain-lain. Dan agar
makanan dan minuman tersebut tidak cepat busuk, tentu diperlukan berbagai cara
untuk pengawetannya. Pengawetan makanan
merupakan suatu cara pengolahan pangan yang sering dilakukan untuk mencegah
kerusakan bahan pangan dan menjaga kualitasnya. Cara pengawetan bahan
makanan harus disesuaikan dengan kondisi atau keadaan bahan makanan,
komposisi bahan makanan, dan
tujuan dari pengawetan.
Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan dalam makanan antara lain:
1) Faktor biologis misalnya munculnya
jamur, ragi, kapang, dan lain-lain.
2) Faktor lingkungan, seperti cahaya
dan oksigen.
3) Lama waktu penyimpanan.
Secara umum, prinsip pengawetan makanan ada tiga, yaitu :
2) Mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan mikroorganisme penyebab penyakit.
3) Mencegah atau memperlambat
kerusakan microbial yang digunakan dalam bioteknologi.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan makanan dari hasil
bioteknologi antara lain:
1.
Pemanasan
Pemanasan
makanan merupakan suatu proses memasukkan bahan makanan dalam suhu yang tinggi.
Proses ini bertujuan untuk membunuh kuman penyakit, mencegah pembusukan yang
disebabkan oleh mikroba, dan menambah selera makan. Sistem pemanasan dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu pasteurisasi dan sterilisasi.
Pasteurisasi adalah
pemanasan dengan suhu ± 700C secara berulang-ulang sehingga tidak
merusak bahan makanan, tetapi dapat mematikan mikroba patogen, contohnya
pasteurisasi susu. Sterilisasi adalah
pemanasan sampai mendidih dan mencapai suhu lebih dari 1000C. Hal
ini bertujuan untuk membunuh semua mikroba beserta sporanya. Alat-alat laboratorium yang dapat digunakan untuk
sterilisasi misalnya dengan menggunakan autoklaf. Pemanasan dengan autoklaf
dilakukan pada suhu 121°C, selama 15 - 20 menit. Peralatan yang terbuat dari
gelas juga dapat disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 160°C -170°C
selama 2 – 3 jam.
Metode lain yang dapat
digunakan untuk pengawetan makanan adalah pengalengan. Pengalengan merupakan suatu cara untuk mengawetkan bahan makanan
dengan memanaskannya dalam suhu yang tinggi yang akan membunuh mikroorganisme,
dan kemudian menutupinya dalam stoples maupun kaleng. Jenis bahan
makanan yang harus dikalengkan termasuk produk sayur-mayur, daging, makanan
laut, susu, dan
lain-lain.
2.
Pengeringan
Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air dari bahan makanan dengan atau tanpa bantuan dari energi panas. Prinsip dasar dan pengeringan adalah dehidrasi (pengeluaran air) dari
bahan makanan. Dalam hal ini, energi panas diperlukan untuk menguapkan kandungan air yang dari
permukaan bahan makanan dan dikeringkan oleh media pengering (berupa panas).
Pengeringan secara
tradisional dapat dilakukan dengan cara menjemur bahan makanan di bawah sinar
matahari, seperti dalam pembuatan ikan asin, kerupuk, dan garam. Selain itu,
pengeringan juga dapat dilakukan dengan bantuan api, misalnya pengasapan, sistem
oven, dan pemanggangan.
|
||||
|
||||
Tujuan pengeringan yaitu untuk mengurangi kadar air
bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme terhambat atau terhenti,
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi pada bahan pangan tersebut. Keuntungan
dari pengeringan yaitu membuat bahan pangan lebih awet dan volume bahan pangan
menjadi lebih kecil, sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengepakan dan
pendistribusian.
Ada 2 macam faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan, yaitu:
a. Faktor yang berhubungan dengan udara
pengering, misalnya suhu, kelembaban udara, dan kecepatan volume aliran udara
pengering.
b. Faktor yang berhubungan dengan sifat
bahan, misalnya ukuran bahan, kadar air, dan tekanan parsial dalam bahan.
3.
Pendinginan dan pembekuan
Pendinginan merupakan suatu proses penyimpanan bahan
makanan pada suhu yang rendah atau sampai mencapai titik beku, misalnya dengan
menggunakan lemari es atau cold storage. Dengan proses pendinginan,
akan membuat mikroba menjadi tidak aktif, sehingga bahan makanan dapat disimpan
lebih lama. Penyimpanan
bahan pangan pada suhu dingin sangat diperlukan walaupun dalam waktu yang
singkat karena bertujuan untuk:
a. Mengurangi kontaminasi.
b. Mengendalikan kerusakan oleh mikroba.
c. Mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme.
Mikroba psikrofilik
dapat tumbuh sampai suhu 0 0C atau dibawahnya dan pertumbuhan akan
melambat pada suhu – 10 0C. Apabila air dalam bahan makanan telah membeku seluruhnya, maka mikroba tidak
dapat berkembang biak. Meskipun proses pendinginan dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, namun pendinginan tidak dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
Pembekuan produk makanan dapat menggunakan
teknologi pembekuan (refrigerant) konvensional berbahan pendingin amonia atau
menggunakan freon-CFC (chloroflurocarbon). Namun, CFC dapat menyebabkan
kerusakan ozon.
Teknologi pembekuan memiliki
kelemahan karena tingkat pendinginan yang kurang rendah suhunya dan relatif
tidak stabil sehingga tidak menjamin keawetan produk pangan yang dibekukan.
Pada penggunaan ammonia sebagai bahan pendingin, suhu terdingin yang dapat
dicapai untuk refrigeran produk pangan yaitu antara -1 derajat Celsius sampai
dengan -46 derajat Celsius.
4.
Penambahan asam atau pengasaman
Asam dalam bahan makanan dapat
dihasilkan dengan menambahkan kultur pembentuk asam, atau menambahkan langsung
asam sitrat atau asam fosfat. Pengasaman merupakan suatu
cara pengawetan makanan dengan penambahan pembentuk asam pada bahan makanan Beberapa jenis buah seperti tomat,
air jeruk, dan apel yang mengandung asam, masing-masing memiliki pengaruh yang
berbeda sebagai bahan pengawet karena adanya perbedaan derajat keasaman (pH).
Asam yang dikombinasikan dengan panas akan menyebabkan panas tersebut lebih
efektif terhadap mikroba. Karena pH berperan terhadap daya hambat pertumbuhan
mikroba pembusuk, maka dibagi menurut tingkat keasamannya:
a.
Bahan pangan berasam rendah (pH tinggi) dengan pH di atas 4,5.
b.
Bahan pangan asam mempunyai pH 4,0-4,5.
c.
Bahan pangan berasam tinggi (pH rendah) mempunyai pH dibawah 4,0.
Pada
umumnya, mikroba berspora tidak dapat hidup dan berkembang biak pada pH kurang dari
4,0 dan mikroba berspora seperti Clostridium botulinum tidak dapat hidup
pada pH kurang dari 4,6.
Asam yang biasa digunakan untuk
pengawet antara lain:
a. Asam benzoat (dalam bentuk asam,
garam kalium atau natrium benzoat), yaitu bahan yang digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan dan kecap (600 mg/kg) serta sari buah, saus tomat,
saus sambal, jem, jelly, manisan, agar dan makanan lain ( 1 g / kg).
b. Asam propionat (dalam bentuk asam,
garam kalium atau natrium propionat) yaitu bahan pengawet untuk roti ( 2 g / kg
) dan keju olahan ( 3 g / kg ).
c. Asam nitrit dan nitrat (dalam bentuk
garam natrium atau kalium nitrit dan nitrat) yaitu bahan pengawet untuk daging
olahan seperti sosis ( 125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), corned dalam
kaleng ( 50 mg nitrit/kg) atau keju (50 mg nitrat/kg).
d. Asam sorbat (dalam bentuk garam
kalium atau kalsium sorbat) yaitu bahan pengawet untuk margarin, pekatan sari
buah dan keju ( 1 g/kg).
e. Asam sulfit (dalam bentuk garam kalium
atau natrium bisulfit atau metabisulfit) yaitu bahan pengawet untuk potongan
kentang goreng (500 mg/kg), udang beku (100 mg/kg) dan pekatan sari nenas (500
mg/kg).
5.
Pengasinan atau penggaraman
Pengasinan atau penggaraman merupakan teknik pengawetan bahan makanan
dengan menggunakan NaCl atau garam dapur. Proses penggaraman misalnya pada
proses pegasinan ikan. Garam yang berkonsentrasi rendah berfungsi untuk membentuk
cita rasa, dan garam yang berkonsentrasi tinggi berperan sebagai pengawet. Tujuan penggaraman adalah untuk pengawetan dan mendapatkan perubahan
bahan yang diinginkan seperti tekstur, warna, dan mendapatkan karakteristik
tertentu dari produk dengan aroma dan rasa yang khas.
Penggaraman dapat
menghambat atau membunuh bakteri pembusuk pada bahan dan membentuk struktur
tertentu. Pada proses fermentasi garam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri
yang tidak tahan terhadap garam. Garam juga memiliki kemampuan dalam mengikat
air dalam jaringan sayuran sehingga terjadi perubahan tekstur dari produk
makanan tersebut. Pada proses pengolahan dengan enzimatis fungsi garam adalah
menyeleksi jenis enzim yang aktif. Enzim yang tidak tahan terhadap garam akan
inaktif sehingga enzim yang aktif akan beraktivitas mendegradasi protein ikan
dan membentuk flavor dan aroma yang khas.
6.
Pemanisan
Pemanisan makanan merupakan suatu cara mengawetkan bahan makanan dengan
meletakkan bahan makanan tersebut pada medium yang mengandung gula. Dengan kadar
konsentrasi sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelupkan
dalam konsentrasi 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan. Gula dapat mengikat air secara
efisien. Sehingga penambahan gula ke dalam sebuah produk akan memberikan efek
pengawetan karena air tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan organisme pembusuk.
Contoh makanan yang dimaniskan adalah manisan buah,
karamel, jelly, agar- agar, dan lain-lain.
7.
Iradiasi
Iradiasi merupakan penggunaan energi buatan untuk mempengaruhi atau
mengubah sebagian keseimbangan materi dengan tujuan tertentu. Tujuan iradiasi
adalah untuk pengawetan, membantu proses pengolahan dan penelitian tentang
mekanisme perubahan atau struktur senyawa bahan pangan, misalnya dalam
pembuatan rendang. Iradiasi memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai
berikut:
a. Mutu bahan pangan yang meliputi
warna, struktur, rasa, aroma dan vitamin tidak berbahaya bagi kesehatan
konsumen.
b. Bahan tetap dalam keadaan segar.
c. Kenaikan suhu bahan yang disterilkan
tidak melebihi 40C.
d. Dapat ditempatkan dalam wadah atau
kaleng.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawetan makanan
merupakan suatu cara pengolahan pangan yang dilakukan untuk mencegah kerusakan
bahan pangan dan menjaga kualitasnya. Cara yang dapat digunakan untuk
mengawetkan makanan dari hasil bioteknologi antara lain pemanasan,
pengeringan, pendinginan dan pembekuan, pengasaman, pengasinan, pemanisan, dan
iradiasi.
Pemanasan makanan merupakan
suatu proses mengawetkan bahan makanan dalam suhu yang tinggi, seperti
pengalengan. Pengeringan
adalah cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan air dari bahan makanan,
misalnya pemanggangan dan penjemuran ikan asin. Pendinginan
dan pembekuan
merupakan suatu proses penyimpanan bahan makanan pada suhu
yang rendah atau sampai mencapai titik beku. Pengasaman merupakan suatu cara
pengawetan makanan dengan penambahan pembentuk asam pada bahan makanan, seperti
pengawet pekatan sari buah.
Pengasinan atau penggaraman merupakan teknik pengawetan bahan makanan
dengan menggunakan garam dapur sebagai pengawetnya,
seperti pada proses pembuatan ikan asin. Pemanisan makanan merupakan suatu cara
mengawetkan bahan makanan dengan meletakkan bahan makanan tersebut pada medium
yang mengandung gula, misalnya terdapat pada manisan buah, agar-agar, dan susu.
Iradiasi
merupakan penggunaan energi buatan untuk mempengaruhi atau mengubah sebagian
keseimbangan materi dengan tujuan tertentu, misalnya pada proses pembuatan
rendang,dan lain-lain.
B. Saran
Dalam mengawetkan makanan, bukan
hanya bahan-bahan pengawet yang harus kita perhatikan, tetapi cara penyimpanan
bahan makanan harus kita ketahui dengan baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menyimpan bahan makanan, antara lain sebagai berikut:
a. Wadah dan pembungkus harus disimpan dengan
baik dan rapi. Barang- barang tersebut harus disimpan di tempat yang bersih.
b. Setiap bahan makanan sebaiknya
diberi label, dan label harus disimpan secara rapi dan teratur sedemikian rupa
supaya tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
c. Peralatan produksi yang telah
dibersihkan sebaiknya disimpan sedemikian rupa, misalnya dengan permukaan
menghadap ke bawah supaya terlindung dari debu, kotoran atau pencemaran
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kapasitas Antioksidan
Meningkat pada Makanan Iradiasi. (online)(http://news.liputan6.com/read/2125016/kapasitas-antioksidan-meningkat-pada-makanan-iradiasi,
diakses
tanggal 16 Februari 2015)
Anonim. 2014. Makalah Teknologi Pengawetan Makanan. (online) (http://www.mengejarasa.com/2014/03/makalah-teknologi-pengawetan-makanan.html, diakses tanggal 15 Februari 2015)
Badan tenaga nuklir nasional. 2013. Pengawetan Makanan. (online) (http://www.batan.go.id/kip/documents/Pengawetan_Makanan.pdf,
diakses
tanggal 16 Februari 2015)
Sridianti. 2010. Teknologi
Pengawetan Makanan. (online) (http://www.sridianti.com/teknologi-pengawetan-makanan.html,
diakses tanggal 15 Februari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar